spot_img
Jumat, Desember 26, 2025
spot_img
BerandaNTBLOMBOK TENGAHPerkuat Pengawasan Partisipatif di Kalangan Pesantren, Bawaslu Lombok Tengah Luncurkan Program SAPA

Perkuat Pengawasan Partisipatif di Kalangan Pesantren, Bawaslu Lombok Tengah Luncurkan Program SAPA

Praya (suarantb.com) – Guna memperkuat kualitas demokrasi melalui peningkatan partisipasi masyarakat, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kabupaten Lombok Tengah meluncurkan program SAPA (Santri Awasi Pemilu). Sebuah inisiatif edukatif yang menyasar kalangan pondok pesantren (Ponpes) sebagai mitra strategis dalam pengawasan pemilu.

Sebagai bagian dari pendidikan demokrasi, langkah tersebut diharapkan juga bisa mendorong partisipasi masyarakat untuk mau bersama-sama mengawasi proses pemilu dimasa yang akan datang. Dimulai dari kalangan pesantren.

Sebagai langkah awal Bawaslu Loteng sendiri sudah membangun komitmen dan kesepakatan dengan dua Ponpes di Loteng. Masing-masing Ponpes Manhalul Ulum Praya serta Islahu Ummah Desa Peresak Kecamatan Batukliang. Selain melaksanankan pengawasan partisipatif sekaligus juga melakukan bimbingan dan pendampingan di bidang pendidikan pengawasan partisipatif.

“Program SAPA ini lahir dari kebutuhan untuk meningkatkan kesadaran dan literasi kepemiluan. Khususnya di kalangan santri menjelang intensitas agenda demokrasi yang semakin dinamis,” sebut Ketua Bawaslu Loteng Lalu Fauzan Hadi, S.P., dalam keterangnya, Minggu (23/11/2025).

Ia mengatakan, sebagai lembaga pendidikan berbasis keagamaan pesantren memiliki kultur disiplin, nilai moral tinggi dan struktur pembelajaran yang kuat. Sehingga menjadikan santri sebagai kelompok potensial dalam memperluas jaringan pengawasan partisipatif hingga level akar rumput.

Dengan modal kekuatan sosial dan moral yang luar biasa, lingkungan pesantren bisa membentuk santri kejujuran, amanah dan akhlak. Jika dipadukan dengan pengetahuan kepemiluan, maka nilai-nilai tersebut akan bisa membentuk komunitas santri sebagai kelompok yang sangat strategis dalam menjaga proses pemilu.

“Sehingga program SAPA dihadirkan sebagai salah satu bentuk pendekatan edukatif yang humanis dan inklusif,” ujarnya.

Program SAPA lanjut Fauzan, tidak sekadar memberikan materi formal, tetapi juga mengajak santri terlibat aktif melalui diskusi, studi kasus, simulasi laporan pelanggaran serta pemahaman tentang etika demokrasi. Tidak hanya berisi ceramah satu arah, tetapi santri juga diajak untuk berdialog, bertanya, dan menganalisis langsung persoalan-persoalan pemilu yang terjadi.

Dengan begitu para santri diharapkan bisa memiliki pemahaman yang baik serta mampu menginternalisasi nilai-nilai pengawasan. “Dalam program ini kita juga melibatkan para kader Pendidikan Pengawas Partisipatif (P2P) yang sebelum juga sudah mendapat materi kepemiliuan dari Bawaslu Loteng,” imbuh Fauzan.

Jadi kader P2P juga bisa mempraktekkan langsung materi yang telah diterimanya. Dan, bisa turut berkontribusi melahirkan Santri Pengawas Pemilu. Yakni santri-santri yang memiliki pemahaman kuat tentang etika berdemokrasi dan mampu menjadi agen percontohan di lingkungannya.

Bawaslu Loteng pun berkomitmen menjadikan SAPA sebagai program berkesinambungan untuk jangka panjang. Dengan tidak hanya menyasar beberapa pesantren saja. Tetapi bisa mencakup semua pesantren di daerah ini. Sebagai menjadi mitra tetap dalam menjaga demokrasi.

Sekaligus membuka ruang kolaborasi baik dalam bentuk pelatihan rutin, pembentukan kader, hingga penyusunan materi edukasi khusus untuk santri. “Program ini sebagai bagian dari komitmen jangka panjang Bawaslu Loteng untuk memperkuat pengawasan partisipatif dan membangun demokrasi yang lebih sehat, inklusif dan berkeadaban,” tegasnya. (kir)

IKLAN









RELATED ARTICLES
- Advertisment -




VIDEO