Catatan: Agus Talino
KABUPATEN Sumbawa. Potensinya besar. Termasuk potensi kemiri. Persoalannya, kemiri belum “digarap” maksimal. Padahal kemiri bisa menggerakkan ekonomi. Bisa menghadirkan harapan baru bagi masyarakat dan daerah.
Pada siang yang tenang. Rabu (26/11/2025). Di Desa Lawin Kecamatan Ropang. –Desa yang berada di ketinggian–. Pemdes Lawin, Pemkab Sumbawa, PT. Sumbawa Jutaraya (SJR) dan Universitas Teknologi Sumbawa (UTS) menggelar “Festival Kemiri”. Judulnya “Pariri Miri Fest”. Tujuannya, agar potensi kemiri yang ada di Desa Lawin. Tepatnya di Kecamatan Lantung dan Ropang bisa dikembangkan. Apalagi pasarnya sangat tersedia. Beberapa negara sangat meminati kemiri dari NTB. Seperti Jepang dan Arab Saudi.
Ibu Mujnah, pengusaha kemiri yang hadir pada festival kemiri di Desa Lawin melihat, kemiri dari Lantung dan Ropang sangat mungkin diterima dan dikembangkan pada pasar domestik dan internasional. Enam kali ekspor kemiri yang dilakukan, salah satunya dari Lantung dan Ropang.
Memasuki Desa Lawin dalam perjalanan dari Sumbawa Besar, Ibu Kota Kabupaten Sumbawa. Di sepanjang jalan beberapa pohon kemiri tumbuh di kebun warga.
Saya datang ke Desa Lawin bersama Muhammad Iqbal, S.Sos., MM. Inov, Wakil Rektor IV UTS. Jalan menuju Desa Lawin tidak mulus. Beberapa ruas jalan rusak. Akibatnya, kendaraan yang kami tumpangi tidak bisa bergerak cepat. Hikmahnya, saya yang baru kali pertama datang ke Desa Lawin bisa lebih “menikmati” suasana alam sepanjang jalan. Meski sesungguhnya, badan cukup capek juga “digoyang” kendaraan.
Wakil Bupati Sumbawa, Drs. H. Mohamad Ansori meminta agar perusahaan tambang yang beroperasi di Kabupaten Sumbawa membantu perbaikan jalan menuju Desa Lawin.
Jalan rusak menuju Desa Lawin harus menjadi perhatian serius. Apalagi Desa Lawin menjadi “titik” pengembangan salah satu potensi Sumbawa. Seperti kemiri. Harapannya, jalan rusak tidak menjadi hambatan transportasi orang datang ke Desa Lawin. Termasuk untuk mengangkut produksi kemiri dari Desa Lawin.
Pimpinan SJR yang mewakili perusahaan pada acara tersebut, Chandra Budi Prasetya menyebutkan, kemiri bukan sekadar pohon. Tetapi kemiri adalah masa depan Ropang. “Pariri Miri Fest” bukan sekadar festival. Tetapi adalah perayaan rasa syukur. Bahwa masyarakat Ropang mempunyai kekuatan besar. Kekuatan menjaga hutan, merawat adat dan membangun ekonomi desa.
Pada festival kemiri tersebut. Prosesinya sangat khas. Sangat kuat dengan nilai lokal. Sebelum penanaman 6.700 bibit kemiri di lereng bukit Desa Lawin. Dilakukan “ritual nepi mona”. Sebuah “ritual” untuk menentukan waktu tanam agar tanaman tumbuh subur dan bermanfaat bagi masyarakat.
Pilihan mengembangkan kemiri di Lantung dan Ropang bukan tanpa alasan. Budi daya kemiri menjadi keseharian masyarakat Lantung dan Ropang sejak lama. Persoalannya, pengelolaan kemiri masih dilakukan secara tradisional. Misalnya, kulit kemiri selama ini dibuang dan tak dimanfaatkan. Padahal kulit kemiri mempunyai nilai ekonomis. Bisa menjadi briket.
CSR Departement Head SJR, Gatot Arie Setyanto dan Iqbal sepakat, untuk mengembangkan kemiri di Lantung dan Ropang harus dilakukan secara bersama-sama. Melibatkan banyak pihak. Harapannya, kehadiran SJR menurut Gatot, bisa mendatangkan manfaat bagi masyarakat. Bisa menghadirkan kesejahteraan.
Kepala Desa Lawin, Ahdiat Kartamiharja menyebutkan, potensi Desa Lawin tidak saja kemiri. Tetapi juga kopi. Rencananya, 2026 Ropang dan Lantung akan mengembangkan tanaman kopi dengan menanam 500 ribu pohon kopi Arabika.
Saya senang bisa datang ke Desa Lawin. Menghadiri “Pariri Miri Fest”. Senang melihat antusiasme masyarakat menyambut festival kemiri. Menyambut “era baru” budi daya kemiri. Insya Allah mendatangkan kesejahteraan. Aamiin. *

