Sumbawa Besar (suarantb.com) – Bupati Kabupaten Sumbawa, Ir. H. Syarafuddin Jarot, meresmikan pengoperasian tiga dapur untuk mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dicanangkan Pemerintah di tiga lokasi yakni di Kecamatan Plampang dan dua Kecamatan Unter Iwes.
“Pengoperasian dapur MBG ini kami lakukan untuk mendukung program pemerintah termasuk sebagai salah satu upaya dalam menciptakan sumber daya manusia unggul,” kata Haji Jarot, saat melaunching kegiatan tersebut, beberapa waktu lalu.
Haji Jarot melanjutkan, keberadaan dapur MBG tidak hanya menjadi ujung tombak perbaikan gizi bagi 200.000 anak dan ibu hamil serta menyusui. Tetapi sebagai penggerak ekonomi kerakyatan dengan menyerap ribuan tenaga kerja dan memberdayakan ratusan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) lokal.
“Program ini (MBG) adalah sebuah strategi multipihak yang menyatukan tujuan kesehatan dan ekonomi masyarakat dalam mewujudkan generasi emas Indonesia 2045,” ucapnya.
Haji Jarot, meyakinkan, keberadaan dapur MBG merupakan sebuah lompatan besar. Ini bukan sekadar program sosial, tetapi merupakan mesin penggerak ekonomi baru yang dapat menyerap sekitar 2.500 tenaga kerja serta mengaktifkan ratusan pengusaha lokal dalam menangani rantai pasok bahan baku MBG.
“Program ini sangat baik dan kami di Sumbawa akan mengupayakan ada 50 dapur MBG sebagai upaya pemenuhan gizi bagi masyarakat khususnya anak sekolah,” tambahnya.
Haji Jarot, memaparkan akan banyak dampak positif yang akan tercipta dengan keberadaan dapur MBG. Karena setiap dapur nantinya akan menangani rata-rata 4.000 penerima manfaat yang terdiri dari anak-anak PAUD, TK, SD, SMP, serta ibu hamil dan menyusui dengan total cakupan mencapai sekitar 200.000 orang.
“Ini adalah investasi jangka panjang kita untuk memutus mata rantai stunting dan mencetak generasi emas Sumbawa yang sehat dan cerdas,” timpalnya.
Namun, yang tak kalah penting lanjut Haji Jarot, adalah dampak ekonomi bergulir (multiplier effect) yang diciptakan. Setiap dapur diperkirakan akan mempekerjakan minimal 50 warga setempat sebagai koki, asisten dapur, manager logistik, dan distributor.
“Jadi, dengan 50 dapur, sedikitnya 2.500 kepala keluarga akan memiliki penghasilan tetap. Ini belum termasuk dampak tidak langsungnya,” sebutnya.
Bupati turut menekankan dan komitmen para pengusaha yang menangani dapur MBG ini untuk melibatkan pelaku ekonomi lokal. Karena itu merupakan momentum bagi kebangkitan ekonomi desa dan ketahanan pangan lokal, petani, nelayan, dan UMKM akan hidup dan berkembang dengan keberadaan dapur MBG.
“Seluruh bahan baku, seperti beras, sayuran, ikan, telur, ayam, dan bumbu-bumbuan, kita minta diprioritaskan dari petani, nelayan, dan UMKM di Sumbawa. Kami tidak ingin program ini justru mengandalkan pasokan dari luar,” imbaunya.
Keberadaan dapur MBG ini diharapkan dapat menciptakan pasar yang stabil bagi produk-produk lokal, mendorong peningkatan kualitas dan standar produksi, serta membangun kemandirian ekonomi daerah.
“Inilah esensi dari pembangunan yang berkeadilan dan berkelanjutan dengan keterlibatan langsung pengusaha lokal dalam menangani pembangunan MBG ini, kita membangun dari bawah, untuk rakyat, dengan menggunakan sumber daya yang kita miliki,” tukasnya.
Program MBG di NTB Serap 11.650 Tenaga Kerja
Sementara, program MBG di NTB tidak hanya berdampak pada peningkatan kualitas gizi masyarakat. Tetapi juga membuka ribuan lapangan kerja bagi warga lokal. Hingga pertengahan September 2025, sebanyak 11.650 tenaga kerja telah terserap melalui program ini dari target total 29.891 orang.
Gubernur NTB, Dr. H. Lalu Muhamad Iqbal, menegaskan pentingnya mengawal program ini secara serius. “Program MBG harus disukseskan maksimal, karena memberikan manfaat besar di bidang gizi dan ekonomi,” ujarnya.
Ketua Satgas MBG Provinsi NTB, Dr. H. Ahsanul Khalik, menjelaskan bahwa tenaga kerja MBG tersebar di 269 dapur aktif yang dikenal dengan nama SPPG (Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi). Pekerja yang terlibat memiliki berbagai peran, mulai dari juru masak, tenaga distribusi, keamanan, akuntan, hingga ahli gizi.
“Jika seluruh kebutuhan 613 SPPG terpenuhi, maka akan ada sekitar 29.891 tenaga kerja yang terserap. Ini peluang kerja besar di tengah kondisi ekonomi yang menantang,” jelas Ahsanul, Senin (23/9) di Mataram.
Program MBG juga telah melayani 862.734 penerima manfaat dari potensi 1.850.501 jiwa — setara dengan 47% cakupan. Sisanya, sekitar 987.767 jiwa, masih menunggu giliran.
Sasaran program mencakup Peserta didik dari PAUD hingga PKBM. Santri pondok pesantren. Anak berkebutuhan khusus (SLB). Balita, ibu hamil, dan ibu menyusui.
Dibandingkan dengan capaian nasional yang masih di angka 27–28 persen (23 juta jiwa), NTB dianggap sebagai salah satu provinsi dengan implementasi tercepat dan terstruktur dalam program MBG.
MBG NTB menggandeng 944 mitra lokal, termasuk 25 koperasi, 3 BUMDes, 469 UMKM, 447 supplier bahan pangan.
Efeknya langsung terasa di pasar tradisional. Menurut Ahsanul, banyak pedagang yang kini mengaku dagangannya ludes sejak pagi. “Kalau dulu baru habis sore, sekarang jam 10 pagi sudah habis. Ini bukti MBG menggerakkan ekonomi local,’’ jelasnya. (ils/era)

