Pemilahan dan pengolahan sampah menjadi program yang gencarkan oleh Pemkot Mataram. Inovasi digalakkan melalui pengembangan budidaya maggot. Budidaya maggot tidaklah mudah. Masyarakat masih terkendala pakan dan lain sebagainya.
Lurah Monjok Timur, Sumanto dikonfirmasi pekan kemarin mengatakan, budidaya maggot yang dikembangkan oleh pemuda kreatif tetap berjalan. Budidaya maggot ini menjadi program andalan di kelurahan karena membantu mengurangi sampah organik atau sisa makanan.
Kendati demikian, pengembangannya memiliki kendala dari proses budidaya sampai penjualan. Saat ini, pemuda terkendala pakan dan penjualan. “Programnya tetap berjalan,” kata Sumanto.
Kesulitan pakan ini tidak diketahui, apakah masyarakat belum optimal melakukan pemilahan sampah atau kendala lain. Permasalahan ini kata Sumanto, akan dibahas kembali bersama kelompok pemuda kreatif. Adapun produksi maggot yang dihasilkan tergantung dari bibit yang dikembangkan. “Kalau hasil produksi tergantung dari bibitnya,” jawabnya.
Dijelaskan, budidaya maggot ini sebenarnya sebagai upaya Pemkot Mataram mengurangi produksi sampah yang dibuang ke Tempat Pengolahan Akhir Regional Kebon Kongok. Selain itu, pemerintah mendorong sekaligus membangun kesadaran masyarakat untuk melakukan pemilahan sampah organik dan anorganik.
Pemilahan sampah bisa dilakukan dari rumah tangga dengan menyiapkan kantong kresek khusus sampah sisa makanan dan sampah plastik. “Memang tidak mudah tetapi perlu konsistensi dan kesabaran,” ujarnya.
Ia berharap pemilihan sampah dari rumah tangga yang merupakan penjabaran dari program lisan panutan dapat berjalan dengan baik serta berkelanjutan. Di satu sisi, kesadaran masyarakat memilah dan mengolah sampah secara perlahan dapat terwujud. (cem)