spot_img
Rabu, Februari 5, 2025
spot_img
BerandaEKONOMI18 Tahun Lumpuh Tinggal di Kota, Haerun Nida Luput dari Bantuan Sosial

18 Tahun Lumpuh Tinggal di Kota, Haerun Nida Luput dari Bantuan Sosial

Namanya Haerun Nida. Usianya kini sudah 18 tahun. Sejak lahir, ia lumpuh, dan hidup terbaring. Makan, dan minum remaja perempuan ini sangat bergantung kepada orang-orang di sekitarnya. Haerun Nida hanya bisa telentang. Sekujur badannya kaku. Pertumbuhan fisik dan otaknya tidak berkembang normal. Seharusnya jika ia tumbuh normal, Haerun Nida sudah memasuki bangku kuliah.

HAERUN Nida tinggal bersama orang tuanya dan keluarganya serumah di RT 2 Lingkungan Sembalun, Tanjung Karang, Kecamatan Sekarbela Kota Mataram. Ia anak ke 3 dari empat bersaudara. Bapaknya bekerja serabutan, ibunya pedagang pindang pinggir jalan. Begitu juga kakaknya, Muhammad Yusuf yang juga menjadi tulang punggung ekonomi keluarga sehari-hari. Kerjanya juga serabutan. Dari menjual kelapa, dan ikan bakar di Pantai Cantik, Loang Baloq, Kota Mataram.

Menurut Yusuf, adiknya itu sejak lahir sudah sering mengalami kejang. Menurut dokter, ia lahir melewati masa kehamilan normal 9 bulan 10 hari. Karena kelebihan masa di dalam kandungan, saat lahir Haerun Nisa seringkali kejang. Dan jadi langganan dokter rumah sakit.

Sampai saat ini, sering kali kejangnya kambuh. Saat kejang, tidak ada yang bisa dilakukan keluarganya. Haeun Nida dalam keadaan mengeraspun, oleh keluarganya hanya ditunggu normal. Karena keterbatasan ekonomi, keluarganya tidak bisa cepat-cepat membawanya ke dokter. “Kalau sudah kejang, tidak bisa ngapa-ngapain, langsung keras. Dan kita tunggu sampai kejangnya berhenti,” kata Yusuf.

Kadang-kadang, Haerun Nida menangis. Susah ditebak, apakah ada keinginan, atau sedang sakit, kata Yusuf. Karena Haerun Nida belum bisa berucap, apalagi bicara. Praktis ia hanya terbaring, diam dan menatap. Seiring semakin beranjaknya waktu, Harun Nida sudah memasuki fase dewasa. Sebagai perempuan, ia juga sudah lama menstruasi.

Tentu beban ekonomi makin bertambah untuk memenuhi kebutuhan harian Haerun Nida. Terutama pampers yang sehari-hari melekat dipakai. “Kalau makan minum ndak terlalu banyak. Makanya dibantu dengan dipapak. Kalau dia makan, kadang – kadang nenek saya yang papakin, kadang ibu saya, kadang istri saya, siapa yang ngasi makan, itu yang mapakin. Karena belum ada dana untuk beli mesin seperti blender yang kecil untuk membuatkan makanannya,” cerita Yusuf.

Yang paling besar kebutuhannya adalah pampers. Sehari semalam bisa empat kali digantikan. Begitu seterusnya keluarga-kelurga terdekat Haerun Nida memberikan pelayanan.  Kebutuhan pampers inilah yang diharapkan pemerintah membantu meringankannya.

Dulunya, Haerun Nida diberikan bantuan kursi roda oleh pemerintah. Namun tak dimanfaatkan karena badannya yang keras. Kursi roda tersebut hingga kini terparkir. “Karena yang dibutuhkan sebenarnya untuk keperluan utama pampers,” tambah Yusuf.

Ditengah keterbatasan ekonomi keluarga, mirisnya, bantuan-bantuan sosial juga luput. Menurut Yusuf, sejak tahun 2020/2021 keluarganya tak menerima bantuan sosial tunai dari Kementeran Sosial. “Tiga tahun ini tidak dapat apa apa. Seringkali kami mau lapor, kenapa bantuan sosial tidak dapat,” tambah Yusuf.     

Melalui media ini kemudian Yusuf juga mengadu, agar adiknya  mendapatkan perhatian rutin pemerintah. Apalagi mereka tinggal di Kota Mataram, ibukota Provinsi NTB dengan luas wilayah yang relatif kecil. Seyogiyanya, tidak ada warga yang luput dari perhatian. Terutama warga yang keadaannya memang sangat membutuhkan.

Keadaan Haerun Nida ini mendapat perhatian, salah satunya dari Lombok Womentpreneur Club (LWC). Perkumpulan perempuan-perempuan pengusaha yang diketuai Indah Purwanti menyambangi, dan menyalurkan bantuan. Indah mengatakan, keadaan Haerun Nida mengalami mikrosefalus, kondisi di mana kepala lebih kecil daripada ukuran normalnya sehingga terlambat pertumbuhan.

Hanya saja, karena keadaan ekonomi keluarga, sudah lama kegiatan berobat rutin dihentikan dan mengakibatkan kondisi yang makin tidak baik. Badannya sangat keras, tidak bisa bicara, hanya bisa tidur, dudukpun tidak bisa. Ditambah lagi kondisi keluarga yang kurang mampu. Mungkin bisa menjadi perhatian, terutama pemerintah bahwa ada warganya yang membutuhkan bantuan baik dari sisi ekonomi maupun medis,” demikian Indah. (bul)

 

 

 

RELATED ARTICLES
- Advertisment -


VIDEO