Selong (Suara NTB)-Teluk Ekas, Desa Ekas Buana, Kabupaten Lombok Timur (Lotim) dijadikan sentra pengembangan Blue Food nasional. Sekitar 100 hektar kawasan saat ini dikembangkan di Teluk Ekas. Kawasan itu ke depan diyakini bisa dikembangkan menjadi 1.000 hektar. Demikian disampaikan Menko Marves, Luhut Binsar Panjaitan didampingi Menteri Kelautan dan Perikanan Wahyu Trenggono dan Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang saat melakukan kunjungan kerja di Teluk Ekas dan melihat secara langsung pengembangan rumput laut, Kamis 29 Februari 2024 kemarin. ‘’Saya bahagia datang ke Lombok. Awalnya rencananya Presiden yang datang. Nanti kami akan sampaikan laporan ke Presiden mengenai dampak yang kita lihat di sini yang lebih besar dari Buleleng (Bali-red),’’ ucapnya. Melihat pengembangan rumput laut yang dilakukan investor asal India, PT Sea Six Energy membuatnya semakin yakin dengan kehadiran proyek strategis nasional ini.
Luhut menyebutkan, luas laut Indonesia lebih dari 12 juta hektar. Mimpinya, 10 persen saja atau 1,5 juta hektar dikembangkan. Menko Marves ini pun sudah meminta Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk melakukan penelitian lebih komprehensif mengenai pengembangan rumput laut.
Rumput laut usianya 45 hari di Lombok bisa panen. Setelah itu bisa panen setiap hari. Kawasan Ekas Lombok ini dan beberapa tempat lainnya ada lobster bisa panen sekali enam bulan. Selama ini, yang menjadi masalah buat rakyat sepanjang enam bulan makan apa. Dengan panen rumput laut setiap hari, maka tidak ada masalah bagi nelayan. Pengembangan di Ekas bersama PT Sea Six Energy ini salah satunya untuk menghasilkan bio fuel. Saat ini impor minyak dari luar negeri mencapai 300 ribu barel setiap hari. Hadirnya teknologi olahan rumput laut menjadi bio fuel diharapkan bisa kurangi ketergantungan impor. “Setidaknya 100-200 ribu kita kurangi impornya,” sebutnya. Ditambahkan, bersama investasi PT Sea Six ini, Banyak dampak yang bisa dimanfaatkan. Pada lahan seluas 100 hektar sudah 100 pekerja dipekerjakan. Untuk mengembangkan ekonomi masyarakat di bawah, pemerintah siap mengalokasikan 100 juta dolar Amerika.
‘’Tidak ada yang tidak bisa dilakukan, jangan terlalu banyak bicara tak ada hasilnya. Ini konkrit dan rakyat akan dinikmati langsung,” imbuhnya. Budidaya kobster jalan, budidaya rumput laut juga jalan dan setiap hari bisa panen dan siap masuk pabrik .
Menurut Luhut, aktivitas pengembangan Blue Food di Lombok tidak saja akan berdampak bagi masyarakat Lombok. Ini akan melahirkan miliaran dolar dan ini berkelanjutan. Budidaya rumput laut tidak seperti tambang yang habis. Budidaya rumput laut tak akan habis. Bahkan bisa memberikan nilai tambah. “Tidak ada yang terbaik selain di Indonesia dalam konteks budidaya seperti rumput laut,” ungkapnya. Pj Gubernur NTB, Drs.H.Lalu Gita Ariadi,M.Si mengatakan, setiap kehadiran tamu membawa rezeki dan rahmat. Kehadiran Menko Marves bersama dengan dua menteri lainnya ini diyakini akan membawa berkah bagi NTB. Sebagaimana kunjungan sebelumnya terbukti membawa hasil. Tahun 2017, Menko Marves sudah membantu menyelesaikan masalah 135 hektar lahan belum clear dan clean di KEK Mandalika. Sehingga terbangun hotel dan fasilitas lainnya. ‘’Kalau bukan karena turun tangan Menko, maka proses akan panjang. Tak akan ada WSBK dan Motogp 2021-2022,’’ urainya.
Pengembangan rumput laut di Ekas diharapkan tak sekadar jadi mimpi. Tapi diharapkan bisa diatensi terus oleh Pemerintah Pusat dan segera jadi kenyataan. Kehadiran Menteri Luhut yang datang ke Lombok ini bersamaan dengan kemunculan nyale. Dimana berdasarkan sistem penanggalan Sasak, nyale muncul pada hari ke 20 bulan ke 10. Harapannya, kemunculan nyale ke depan Ekas menjadi sentra blue ekonomi. Selain kekayaan rumput laut, ada di Telong Elong kampung lobster sentra perikanan. ‘’Mudah-mudahan kehadiran Menko dan hadirnya industri akan membawa kesejahteraan bagi masyarakat NTB dan rumput laut jadi primadona dan komoditi unggulan di NTB,’’ ujarnya.
Presiden Direktur PT Sea Six Energy, Agus S. Wiguna menyatakan perusahaannya bergerak di bidang hulu dan hilir. Dalam beroperasi, ia menggunakan mesin untuk operasi. Pengembangan rumput laut ini untuk edisi perdana ini dilakukan di atas 100 ha. Harapannya bisa tingkatkan produksi rumput laut di Indonesia. Rumput laut yang dibeli ini diolah langsung di darat. PT Sea Six ini saat ini sedang membangun pabrik pengolahan di atas lahan 1 hektar. Dalam proses budidaya ini, PT Sea Six juga melibatkan masyarakat sekitar. (rus)