CUACA ekstrem yang terjadi sepekan terakhir menyebabkan pohon tumbang dan abrasi di pesisir Pantai Ampenan. Kurang bersahabatnya cuaca ini, juga membuat nelayan libur melaut.
Lurah Bintaro Jaya, Rudi Herlambang dikonfirmasi lewat sambung telepon pada pekan kemarin menjelaskan, angin kencang dan gelombang tinggi menyebabkan pohon tumbang. Pohon tumbang berada di Lingkungan Pondok Perasi dan Jalan Saleh Sungkar. Proses evakuasi segera dilakukan oleh petugas dari Dinas Lingkungan Hidup dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Mataram dibantu linmas kelurahan, agar tidak mengganggu aktivitas masyarakat. “Kita waspadai memang pohon tumbang dan gelombang pasang,” terangnya.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi cuaca ekstrem berlangsung sampai tanggal 18 Maret 2024. Dikatakan, potensi gelombang pasang setinggi dua meter patut diwaspadai terutama bagi nelayan. Sebagian besar nelayan di Bintaro, libur melaut karena cuaca ekstrem tersebut. Mereka lebih mementingkan keselamatan daripada memaksa diri melawan alam.
Rudi mengaku, nelayan di Lingkungan Bugis sampai Bintaro menambatkan perahu mereka sampai ke jalan. Hal ini dilakukan menghindari hempasan gelombang yang berpotensi merusak perahu mereka. “Coba lihat penuh perahu di parkiran di jalan di Pondok Perasi,” katanya.
Tidak hanya perahu kata Rudi, warga yang memiliki anak kecil dan lansia disarankan agar dibawa ke tempat yang lebih aman. Dikhawatirkan gelombang pasang masuk ke pemukiman warga.
Ketua Kormi Kota Mataram ini berharap Pemkot Mataram bisa segera merealisasikan pembangunan atau pemasangan pemecah gelombang atau rip-rap di Pantai Ampenan khususnya di wilayah Bintaro Jaya, sehingga memberikan rasa aman dan nyaman bagi masyarakat. “Kita sih berharap dibangun pemecah gelombang seperti rencana sebelumnya,” harapnya.
Masyarakat kembali diingatkan tetap meningkatkan kewaspadaan saat cuaca ekstrem. Hindari turun melaut dan keluar rumah jika tidak ada kepentingan yang mendesak. (cem)