Pemprov NTB memberikan perhatian terhadap temuan produk makanan yang mengandung bahan-bahan yang berbahaya di bulan Ramadhan ini. Terlebih Pemprov NTB Bersama Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) di Mataram menemukan tiga sampel makanan yang mengandung zat berbahaya dari 33 sampel saat sidak ke Pasar Mandalika, Kamis (14/3) lalu.
Berdasarkan temuan BBPOM Mataram, tiga sampel yang mengandung zat berbahaya terdiri dari sampel terasi yang mengandung pewarna Rhodamin B serta dua lainnya adalah kerupuk nasi yang positif mengandung Natrium Tetraborate atau boraks.
Kepala Dinas Perdagangan (Disdag) Provinsi NTB, Baiq Nelly Yuniarti mengakui bahwa penemuan makanan yang mengandung zat berbahaya memang rutin terjadi setiap tahun. Hanya saja, Nelly menerangkan bahwa makanan yang mengandung zat berbahaya itu ada yang diproduksi oleh produsen yang berasal dari luar daerah.
“Sentra-sentra kerupuk yang ada di NTB sudah dapat edukasi dari BBPOM Mataram. Jadi, kami memang menekankan adanya edukasi khusus bagi masyarakat yang memang menjual kerupuk untuk memakai bahan-bahan yang aman,” ungkap Baiq Nelly Yuniarti akhir pekan kemarin.
Nelly menuturkan bahwa pihaknya sempat menjalin komunikasi dengan para pedagang kerupuk. Berdasarkan komunikasi Nelly dengan para pedagang kerupuk, masyarakat yang membeli kerupuk kerap kali memilih kerupuk-kerupuk yang mengandung boraks lantaran terasa lebih nikmat.
“Para pedagang bercerita bahwa mereka sempat berhenti memakai boraks, tapi ternyata kerupuk itu tidak laku. Karena, ada beberapa golongan pembeli lebih suka kerupuk yang mengandung boraks,” ucap Nelly saat menyampaikan cerita dari para pedagang.
Oleh karena itu, Disdag NTB akan mendorong gerakan konsumen cerdas. Bagi Nelly, masyarakat perlu mendapat edukasi secara perlahan, tapi konsisten.
Nelly menginginkan masyarakat tahu mengenai dampak buruk apabila mengonsumsi makanan-makanan yang mengandung zat berbahaya. Nelly mengingatkan agar masyarakat lebih hati-hati dalam memilah dan memilih barang-barang yang akan dikonsumsi.
“Memang, ada pedagang-pedagang yang masih nakal. Namun, permasalahan ini tentu menjadi pekerjaan rumah bersama yang mesti segera diatasi,” pungkas Nelly.
Edukasi juga sangat penting dilakukan kepada kepala pasar yang ada di NTB. Hal tersebut bertujuan agar kepala pasar lebih selektif dalam menyeleksi makanan yang dijual di pasar. Edukasi intensif untuk kepala pasar adalah bentuk tanggung jawab pemerintah. Sebab, kepala pasar adalah garda terdepan dalam menyeleksi produk-produk yang masuk ke dalam pasar.
“Kami akan menyosialisasikan edukasi ke kepala pasar. Selain itu, kami juga akan mengedukasi para konsumen untuk lebih selektif dan hati-hati dalam memilih dan memilah makanan yang akan mereka konsumsi,” ungkap Nelly.
Meskipun BBPOM di Mataram juga telah melakukan edukasi, Nelly meyakini bahwa kepala pasar perlu mendapat edukasi yang lebih komprehensif. Terlebih, seperti yang telah diberitakan sebelumnya, makanan-makanan yang mengandung zat bahaya datang dari luar daerah. Sehingga, Nelly merasa perlu ada edukasi tambahan untuk para kepala pasar. (ris)