Koleksi yang ada di Museum Negeri NTB sudah berusia cukup lama. Minimal usia koleksi yang ada di Museum Negeri NTB adalah 50 tahun. Lantas, bagaimana koleksi yang ada di museum ini rusak? Seperti apa proses perawatan dan perbaikannya?
EKSISTENSI sebuah museum tidak hanya memamerkan koleksi atau barang peninggalan masa lalu. Namun, yang paling penting dari eksistensi museum adalah memberikan edukasi kepada generasi yang ada sekarang ini terkait koleksi yang dipamerkan. Selain itu, generasi yang ada sekarang ini dan yang akan datang bisa melihat seperti apa perkembangan dan sejarah yang terjadi di masa lalu, sehingga bisa dijadikan pelajaran.
Begitu juga di Museum Negeri NTB. Banyak koleksi dari berbagai peristiwa masa lalu, baik di zaman kerajaan yang pernah eksis hingga peninggalan zaman penjajahan. Koleksi-koleksi ini banyak yang terbuat dari bahan yang mudah rusak. Apalagi jika usia koleksi tersebut lebih dari 50 tahun.
Terhadap koleksi yang memiliki sejarah tinggi ini, Museum Negeri NTB tidak ingin koleksi yang rusak tersebut tidak ada perbaikan, karena nilai historis dari koleksi tersebut merupakan bagian dari perkembangan yang tidak dipisahkan hingga sekarang.
Menurut Kepala Museum Negeri NTB Ahmad Nuralam, S.H., M.H., museum selain melakukan perawatan pihaknya juga melakukan digitalisasi terhadap koleksi. “Jadi yang pertama kita deskripsi tentang barangnya apa. Kedua berapa kali dilakukan perawatan. Misalnya barang dari kayu dilihat setahun lagi kondisinya baik dilakukan perawatan tanggal sekian, bulan sekian. Nanti kita cek apakah butuh perawatan lagi atau tidak. Kalau memang tidak perlu perawatan lagi kita hanya melakukan updating terhadap benda itu,” ujarnya pada Suara NTB saat mengecek proses perawatan dan perbaikan terhadap koleksi yang ada di Museum Negeri NTB belum lama ini.
Nuralam menjelaskan benda koleksi yang sedang dibersihkan oleh tim dalam proses perawatan dan digitalisasi dengan pengambilan foto. “Tidak hanya catatan. Misalnya dimensi barang, panjangnya berapa, luasnya berapa, tingginya berapa, bahan dari apa, namanya apa, kemudian difoto,” terangnya.
“Sekarang yang dilakukan perawatan ini adalah peralatan kesenian. Ada juga peralatan rumah tangga, Kalau yang ada di museum negeri NTB di atas 50 tahun. Koleksi ini, rata rata barangnya sudah tidak ada di masyarakat,” tambahnya.
Menurutnya, tidak ada lagi jenis koleksi di museum, karena rumah tangga atau kesenian terbuat dari kayu dan sudah diganti dengan logam atau bahan yang lain.
“Dan sudah menjadi industri. Ketika sudah dibuat, sudah banyak, harganya lebih murah dan daya tahannya lebih lama. Ketika jadi industri, kalau rusak, langsung diganti. Sedangkan ini sudah masuk jadi koleksi. Dan inilah peninggalan budaya masyarakat kita,” terangnya.
Dicontohkannya, peralatan membuat jajan tradisional yang terbuat dari kayu atau remagan sudah tidak ada di masyarakat. Jika dicari di pasar, motif ini sudah tidak dijual atau diproduksi lagi. Apalagi jika bahan untuk membuat remagan antara keluarga dari status sosial berbeda satu sama lain. Untuk itu, pihaknya perlu melestarikan peninggalan yang ada di Museum Negeri NTB dengan memperbaiki koleksi yang rusak. Termasuk berusaha mencari pengganti bahan yang rusak tersebut sesuai dengan aslinya. (ham)