Mataram (Suara NTB)- Inflasi Bulan Mei 2024 akan dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) di awal Juni mendatang. Namun secara historis dari tahun 2020 – 2023, kelompok makanan, minuman dan tembakau paling dominan memberikan andil inflasi di bulan ini.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS RI Pudji Ismartini saat memberikan pemaparan di rapat koordinasi (rakor) inflasi melalui online Senin 20 mei 2024 kemarin mengatakan, inflasi tertinggi terjadi bulan Mei 2022 sebesar 0,40 persen.
“Inflasi bulan Mei setiap tahunnya sejak 2020 ini didorong oleh kelompok makanan, minuman dan tembakau,” katanya.
Komoditas yang paling sering muncul sebagai pendorong inflasi di bulan Mei sejak 2020 yaitu bawang merah, daging ayam ras, telur ayam, ikan segar dan daging sapi.
“Yang menjadi warning kita pada April kemarin, inflasi kelompok makanan, minuman dan tembakau dominan pada bawang merah, tomat, bawang putih dan daging ayam ras,” ujarnya.
Pudji Ismartini dalam kesempatan tersebut juga memaparkan data Indeks Perkembangan Harga (IPH) di minggu ke tiga bulan Mei 2024. Di mana secara nasional, Kabupaten Lombok Barat tercatat sebagai daerah kanaikan tertinggi dengan persentase 6,97 persen. IPH merupakan leading indicator atau proxy indicator dari Inflasi yang bersumber dari data pemantauan harga harian yang dilakukan Pemda.
“Komoditas yang memberikan andil terbesar pada IPH tertinggi di Lombok Barat yaitu bawang merah, beras dan bawang putih,” ujarnya.
Inspektur Jenderal (Irjen) Kemnedagri Tomsi Tohir yang memimpin jalannya rakor memberikan sejumlah arahan yang harus terus dilakukan oleh Pemda di seluruh Indonesia, termasuk NTB. Beberapa upaya yang dilakukan yaitu pemantauan harga dan stok untuk memastikan kebutuhan tersedia, rapat teknis TPID, menjaga pasokan bahan pokok dan barang penting, pencanangan gerakan menanam.
Kemudian melaksanakan operasi pasar murah bersama dinas terkait, melaksanakan sidak ke pasar dan distributor agar tak menahan barang, berkoordinasi dengan daerah penghasil komoditi untuk kelancaran pasokan, dan beberapa arahan lainnya.
“Banyak momoditi yang tak bisa dipenuhi oleh lokal. Oleh karena itu harus melaksanakan koordinasi dengan daerah penghasil komoditi. Saya berharap beberapa upaya ini dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya” katanya. (ris)