spot_img
Senin, Desember 9, 2024
spot_img
BerandaASTRA HONDAIroni Jalur Pendakian Rinjani, Rabat Terbangun dari Donasi Rp 1.000, Hanya Cukup untuk...

Ironi Jalur Pendakian Rinjani, Rabat Terbangun dari Donasi Rp 1.000, Hanya Cukup untuk Sepeda Motor

Tanjung (Suara NTB)- Warga Dusun Pegadungan, Desa Selengen, kecamatan Bayan, khususnya yang tinggal di RT 3 Senanga, memilih untuk merabat akses jalan utama di Dusun itu. Rabat yang terpasang pun tidak seperti proyek pemerintah, melainkan hanya cukup untuk sepeda motor.

Kepala Dusun Pegadungan, Mulyadi, mengaku bersyukur memiliki warga di kampung Senanga. Warga di area ini berjumlah 38 KK, ditambah 1 KK lain yang tidak menetap tetapi masih berstatus penduduk setempat. Mereka memiliki semangat gotong royong yang tinggi. Laki-laki dan perempuan, bersama-sama terlibat membangun jalan rabat dari dana seadanya.

“Di Senanga tinggal warga saya yang beragama Hindu dan Muslim. Memang jalan ini sangat memprihatikan dan merupakan akses satu-satunya yang menghubungkan Pegadungan,” ujar Mulyadi, Senin 3 juni 2024malam.

Diungkap Mulyadi, di era Pemerintahan Djohan Sjamsu – H. Najmul Akhyar periode 2010-2015, Bupati pernah hadir di Pegadungan dalam rangka meresmikan jalur pendakian Pegadungan. Ketika itu, Bupati menjanjikan untuk mengaspal jalan yang merupakan akses pendakian lebih dekat dari Jalur Torean ke Taman Nasional Gunung Rinjani. Hanya saja, janji itu belum dipenuhi. Pemda hanya membangun akses jalan sekitar 2,5 – 3 km saja dari jalan masuk Jalan Nasional. Sedangkan yang belum diaspal masih sekitar 3 km lebih.

Medan yang dirasakan warga cukup berat. Kecelakaan sering terjadi melibatkan pengendara motor. Bentang jalan yang dominan menanjak dan relatif memanjang, menyulitkan warga selama beraktivitas. Hasil kebun warga juga jauh dari nilai ekonomis karena biaya ojek yang terlampau tinggi.

Ia menceritakan, kondisi buruk jalan Pegadungan khususnya di RT – Senanga mengambil keputusan berani. Mereka membangun jalan dengan bekal donasi. Dari hanya Rp 1.000,-, Rp 50 ribu, Rp 100 ribu, hingga Rp 1 juta sumbangan dikumpulkan. Sejumlah dana yang ada pun dibelikan material semen, pasir, dan peralatan. Hasilnya, tentu tidak maksimal. Warga bekerja dengan dana dan material seadanya. Tercatat sudah 4 kali gotong royong dilakukan. Pekerjaan dilakukan parsial, kadang warga hanya dapat 10 meter, kadang 15 meter. Tidak jarang, warga kehabisan pasir dan semen untuk kebutuhan campuran rabat. Terakhir kali gotong royong, warga dibantu oleh para donatur yang datang dari Mataram, sekitar 40 orang. Diantara mereka, ada yang menyumbang Rp 500 ribu sampai Rp 1 juta.

“Syukurnya ada relasi warga kita yang ada di Mataram ikut membantu. Kalau tidak begini, kapan lagi warga memperoleh akses yang layak.”

“Di Musrenbang Desa sampai Kecamatan kami sudah sering usulkan, tetapi anggaran di APBD tidak pernah muncul,” sambungnya.

Ia menegaskan, jalur ini ramai dilalui pendaki. Jika dibandingkan dengan jalur Torean, akses ini lebih singkat menuju Danau Segara Anak.

“Seandainya jalan lebih bagus dan diaspal, jalur ini pasti lebih ramai karena start di Rinjani lebih dekat.”

“Tidak hanya memperlambat, kecelakaan sepeda motor sering terjadi karena jalan jelek,” tandasnya.

Sementara, Bhabinkamtibmas Desa Sambik Elen, Bripka Lalu Budi Setiawan, menguatkan dirinya turun ke lokasi gotong royong pascamengetahui giat warga melalui media sosial. Sayangnya, ia tidak mendapati gotong royong warga karena aktivitas itu hanya sehari. Namun dari warga ia memastikan, bahwa masih ada 3 sampai 4 titik lagi akan dirabat sembari menunggu donasi lagi.

“Tidak bisa rabat langsung semua akses, karena terbatas dana. Yang dirabat oleh warga pun hanya sebelah, dengan pertimbangan sebelah lagi bisa dilakukan kelak sehingga kendaraan roda 4 bisa lewat,” ujarnya.

Bagi warga, yang paling penting saat ini adalah tersedia jalan untuk sepeda motor. Oleh karenanya, warga juga memilah titik-titik rabat terbatas pada akses yang sulit dan paling rawan.

Sebagai Babin, Budi setiap waktu lalu lalang di kawasan ini. Pengalamannya selama turun dan naik ke akses ini, ia pribadi merasakan kesulitan.

“Saya laki-laki, dengan motor dinas yang sehat saja susah naiknya. Apalagi perempuan dan ibu-ibu, tidak kebayang apa yang dialami selama di jalan,” ucapnya.

“Saya juga pernah mengajak warga membuat jembatan di Pegadungan. Saya sudah ajak Sekdes, rencananya kita akan buka jalan baru melewati jembatan. Masih lobi ke pemilik lahan agar dihibahkan, dan Alhamdulillah ada lampu hijau. Setelah ini kami akan ke PU meminta bantuan alat berat dan operasional sehingga akses berupa gang bisa diperlebar,” tandasnya. (ari)

IKLAN

spot_img
RELATED ARTICLES
- Advertisment -



VIDEO