spot_img
Jumat, September 20, 2024
spot_img
BerandaHEADLINEAntisipasi Dampak Kekeringan, BPBD Sarankan Petani Atur Pola Tanam

Antisipasi Dampak Kekeringan, BPBD Sarankan Petani Atur Pola Tanam

Mataram (Suara NTB) – Petani tembakau di NTB, khususnya di Lombok bagian selatan sudah mulai menanam tembakau. Meski sekarang ini di beberapa wilayah di NTB turun hujan, petani tembakau masih dihadapkan dengan keterbatasan air.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) H. Ahmadi, SP-1, mengakui, jika sekarang ini sudah masuk musim kemarau, namun, masuk dalam kemarau basah. Terhadap kondisi ini, pihaknya mengingatkan pada petani untuk mengatur pola tanam, terutama menanam tanaman yang tidak membutuhkan banyak air.

Kekeringan yang melanda NTB, tambahnya, sama seperti tahun -tahun sebelumnya. Jika tahun lalu, kekeringan melanda 9 kabupaten/kita dilanda kekeringan, kecuali Kota Mataram. Kekeringan terjadi di 70 kecamatan, 311 desa/kelurahan dan 165.900 kepala keluarga (KK) atau 581.000 jiwa yang terdampak kekeringan.

Sekarang ini, beberapa bupati sudah mengeluarkan status keadaan darurat kekeringan dan kebakaran hutan dan lahan. Yakni Bupati Lombok Barat, Lombok Timur dan juga Bupati Sumbawa Barat dan Kota Bima. Kemudian status keadaan darurat kekeringan dalam proses penetapan seperti Lombok Timur, Lombok Utara, Kabupaten Bima dan Pemprov NTB. “Pemprov sudah masuk dan tinggal dianalisis sama Biro Hukum,” terangnya usai.

Menurutnya adanya SK dalam keadaan darurat sebagai dasar pengurangan dampak kekeringan. Artinya, jika tidak ada SK itu, Pemprov NTB tidak bisa membantu secara finansial ke pemerintah kabupaten/kota yang dilanda kekeringan, terutama untuk pengadaan air bersih.

Sementara strategi dalam menangani masalah kekeringan, pihaknya sudah melakukan rapat koordinasi dengan jajaran instansi terkait, seperti BMKG, Balai Wilayah Sungai (BWS) dan juga dengan pemerintah kabupaten/kota. Pihaknya mengakui, luas lahan pertanian di NTB cukup luas, yakni sekitar 250.000 hektar. Salah satu yang dilakukan pada musim tanam II ini menertibkan pola tanam, dan alokasi air. “Dan yang paling pokok pengurangan areal tanam padi pada musim tanam II ini. Karena padi itu yang paling banyak membutuhkan air. Dan pengurangan areal tanam pada musim tanam III pada bulan Agustus nanti. Airnya tidak ada. Jangan terlalu banyak nanam-nanam. Bendungan jangan diambil airnya semua, nanti telat terisi airnya,” ujarnya mengingatkan.

Pihaknya memberikan apresiasi kepada petani tembakau di Lombok Timur bagian selatan yang memiliki inisiatif menggunakan es balok dalam mengatasi kekurangan air. Menurutnya, penggunaan es balok bisa mengurangi penguapan.

“Sama juga kalau mau menanam dan tidak cepat kering bisa menggunakan Pempers (popok, red). Karena mengandung gel,” ujarnya menjelaskan.

Diakuinya, menggunakan bekas popok atau pembalut wanita sebagai bahan menanam tembakau atau lainnya merupakan salah satu solusi sementara dalam mengatasi kekeringan lahan. Popok atau pembalut, ujarnya, bisa cukup lama menyimpan air, karena memiliki gel-gel. Artinya, petani tidak harus menyiram tanaman setiap hari, karena ada popok atau pembalut yang bisa dipergunakan sebagai tempat menampung air sementara.

Pola seperti ini, ungkapnya, sering dipraktikkan oleh jajaran pihak kehutanan saat menanam pohon di lahan yang kering atau saat musim kemarau. Namun, pihaknya mengingatkan pada petani tetap memperhatikan pola tanam dan jenis tanaman pada musim kemarau ini, sehingga tidak menyebabkan kerugian. (ham)

RELATED ARTICLES
- Advertisment -spot_img
- Advertisment -


VIDEO