Selong (Suara NTB) – Saat ini, perkembangan wisata di Desa Kembang Kuning, Kecamatan Sikur, Kabupaten Lombok Timur (Lotim) mengalami perkembangan cukup baik. Semenjak dibuka tahun 2018 silam, kini desa wisata yang sudah meraih banyak penghargaan ini menjadi salah satu destinasi wisata prioritas. Dalam pengembangan bisnis wisata, Kembang Kuning menolak kehadiran investasi asing.
“Kalau kerja sama dengan warga kita untuk berinvestasi kita persilakan,” ucap Kepala Desa Kembang Kuning Kecamatan Sikur Kabupaten Lotim, H. Lalu Sujian menjawab Suara NTB, akhir pekan kemarin.
Menurut Sujian, investasi pembangunan wisata di Kembang Kuning jika dihitung saat ini bisa mencapai Rp 200 miliar. Terakumulasi sejak enam tahun silam hingga saat ini. Pada awalnya dulu, jumlah homestay di Kembang Kuning hanya 10 unit. Sekarang telah berkembang menjadi 50 unit dengan 180 unit kamar. Dari pembangunan homestay saja dihitung sekitar Rp 40 miliar nilai investasinya.
Belum lagi pembangunan sarana penunjang lainnya, sehingga tidak heran kalau sudah ratusan miliar dihabiskan. Secara pelan namun pasti, investasi yang digalakkan sendiri oleh masyarakat desa ini mulai dirasakan hasilnya.
Ditegaskan, investasi pembangunan bisnis wisata di Kembang Kuning ini lahir dari masyarakat sendiri. Bukan dari Penanam Modal Asing (PMA) dengan menghadirkan hotel dan restoran mewah. Tapi dibangun sendiri oleh masyarakat, rumah-rumah terlihat sederhana, namun berkelas di tengah perkampungan warga dan tengah sawah.
Kesadaran masyarakat mengembangkan bisnis wisata ini terus dipupuk oleh Pemerintah Desa Kembang Kuning. Katanya, inilah sejatinya pembangunan pariwisata. Dampaknya dirasakan langsung oleh masyarakat. Tidak seperti daerah lain yang dengan kehadiran investor asing membuat masyarakat sekitarnya menjadi penonton.
“Kalau orang asing yang investasi, kita hanya nyapu. Beda dengan kalau investasi mandiri, maka akan cepat angkat perekonomian masyarakat,” imbuhnya. Terbukti, selama enam tahun terakhir di Kembang Kuning saat ini sudah tak ada lagi pengangguran. Angka kemiskinan bisa diminimalisir. Sebagian besar warga sudah disibukkan dengan kegiatan menerima tamu.
Akibat dari perkembangan wisata ini, Kades Kembang Kuning ini saat ini bingung dengan sikap perangkat desanya yang banyak ingin mengundurkan diri. Beda dengan Desa lain yang diketahui justru memburu jabatan sebagai perangkat. Kembang Kuning sebaliknya banyak yang tak mau jadi perangkat desa, karena memilih mengelola homestay.
Pendapatan menjadi pengelola homestay jauh lebih menjanjikan. Sekarang justru orang luar datang jadi pekerja. Ada dari Mataram, Selong cari kerja di Kembang Kuning dengan gaji per bulan 2-3 juta. Sementara, pengelola sendiri ada yang bisa tembus pendapatan perbulan Rp 50 juta. “Kadus saya memilih berhenti dan memilih jadi guide,” imbuhnya
Desa yang saat ini dihuni jumlah penduduk 3.000 jiwa ini diklaim ekonominya dari sektor wisata ini terus membaik. Terlebih saat situasi liburan saat ini, kunjungan minimal 100 orang per hari. Itu pun mancanegara yang didominasi wisatawan Eropa,” demikian terangnya lagi. (rus)