Mataram (Suara NTB) – Konstelasi dinamika politik Pilkada NTB dan 10 kabupaten/Kota masih terus bergerak dinamis. Bongkar pasangan calon dan juga bangunan partai koalisi dinilai masih berpeluang terjadi hingga mendekati waktu pendaftaran pasangan bakal calon kepala daerah dan wakil kepala daerah ke KPU pada 27-29 Agustus 2024 mendatang.
Hal itu berpotensi terjadi di NTB akibat pengaruh konstelasi politik di daerah lain. Sebab arah dukungan partai di NTB bisa jadi menjadi bagian dalam kesepakatan antar partai di tingkat pusat dalam membangun koalisi di Pilkada sejumlah daerah. Barter dukungan antar partai di sejumlah daerah sangat berpotensi terjadi, tidak terkecuali di NTB sendiri.
Hal itu diakui sendiri oleh politisi PKS yang juga kandidat bakal calon Gubernur NTB 2024, Dr. Zulkieflimansyah. Dia mengatakan bahwa komunikasi politik masih sangat terbuka dengan semua partai, sehingga belum bisa dipastikan arah dukungan partai politik ke bakal calon tertentu.
“Semua masih bisa, situasi politik pilkada ini masih bisa berubah dalam menit terakhir (last minute). Makanya apa-apa ini (dukungan partai) belum bisa kita pastikan dan tidak ada yang sudah pasti,” kata Bang Zul pada Selasa, 9 Juli 2024 di Mataram.
Sejauh ini untuk Pilkada NTB memang belum ada satupun partai politik yang sudah benar-benar final 100 persen menentukan arah dukungan, atau yang sudah mengeluarkan Sak rekomendasi dukungan model B1-KWK yang bisa digunakan oleh paslon untuk mendaftar ke KPU. Sebab semua dukungan partai masih dalam proses pembahasan yang sangat dinamis ditingkat pusat.
Karena itu Zulkieflimansyah mengaku jika dirinya tidak terlalu cepat yakin jika disebutkan sudah ada partai yang sudah siap 100 persen mendukung salah satu pasangan calon. Bahkan sekalipun dukungan partai kepada dirinya, belum bisa diyakini sepenuhnya, karena hal itu masih sangat berpeluang berubah.
“Ya kita juga enggak ge er juga, karena ini ada 500 pilkada secara serentak pada November mendatang. Misalnya ada kemungkinan barter-barter itu selalu ada sepeti PKS minta didukung. Kayak di Sumatera misalnya dan sebagai timbal baliknya partai yang bersangkutan dukung kita di satu daerah tertentu, jadi sangat mungkin,” jelasnya.
Disebutkan bang Zul bahwa dia sendiri telah membangun komunikasi politik dengan sejumlah partai, diantaranya dengan PKS, Golkar, Nasdem, Hanura, PKB dan PPP termasuk Demokrat. Namun semua parpol itu masih sangat dinamis.
“Jadi jangan terlalu pede juga kita didukung oleh PKS di sini, atau (misalnya) ada permintaan dari Jakarta, oke lah PKS maju di Jakarta tapi NTB yang lain. Nah kayak gitu-gitu bisa, sebab ada 500 Pilkada,” jelasnya.
Ia mencontohkan juga bagaimana Partai Nasdem, di NTB akan mendukungnya walaupun bukan kadernya yang maju menjadi calon Gubernur dan Wakil Gubernur. Akan tetapi sebagai gantinya di Ponorogo, PKS mendukung kader dari Nasdem.
“Meski PKS bukan kader yang maju di Ponorogo tapi kader Nasdem dan barter seperti itu bisa. Begitu juga dengan tempat yang lain, maka kita enggak ngerti (perubahan dukungan) sebab otoritasnya bukan di daerah,” pungkasnya. (ndi)