Mataram (Suara NTB) – Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) meningkatkan kapasitas puluhan pelatih Orientasi Pra Pemberangkatan (OPP) Calon Pekerja Migran Indonesia (CPMI) sektor kelapa sawit koridor Indonesia Malaysia.
Pelatihan dilakukan 9-11 Juli 2024 di Mataram, bekerja sama dengan BP3MI Provinsi NTB dan didukung oleh Consumer Goods Forum melalui the People Positive Palm Project. Tujuannya untuk meningkatkan kapasitas pelatih OPP meliputi BP2MI, pengawas ketenagakerjaan, organisasi serikat pekerja terkait, dan LSM dalam memberikan materi OPP kepada calon PMI yang akan bekerja di sektor kelapa sawit di Malaysia.
Fokus utamanya adalah memitigasi resiko kerja paksa dan meningkatkan perlindungan pekerja. Kepala Unit Anti TPPO IOM Indonesia, Eni Rofiatul Ngazizah menyampaikan, salah satu langkah untuk memitigasi resiko pekerja paksa adalah dengan memberikan atau menyediakan informasi yang dapat diandalkan, dipercaya, dan mudah dikases oleh para PMI.
Salah satu cara IOM adalah mengembangkan kurikulum OPP yang bekerja sama dengan BP2MI Jakarta, dikonsultasikan dengan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan BP3MI Provinsi NTB, Kemudian membentuk konsultasi dengan BP3MI NTT untuk menjaring materi yang harus dimasukkan dalam modul, yang mana sesuai untuk menjawab tantangan yang ada di sektor kelapa sawit.
Selain itu, materi yang disampaikan juga terkait dengan serangkaian pengelolaan dan aktivitas di perkebunan kelapa sawit. Meliputi kondisi kelapa sawit, karakteristik perkebunan, tata cara memanen, dan proses-proses produksi lainnya. Hal itu merupakan sesuatu yang harus disampaikan kepada para pekerja untuk mengetahui seberapa penting pekerjaan para PMI yang bekerja di sektor perkebunan.
Menurutnya, para pekerja juga harus mengetahui bagaimana mengamankan dirinya dari bahaya paparan bahan kimia. Karena dalam proses bekerja di perkebunan kelapa sawit tidak hanya dipetik buahnya, namun melalui proses pemupukan, penyemprotan dan sebagainya menggunakan bahan kimia.
“Agar selain mendapatkan uang dari gajinya, namun para pekerja ini ketika kembali ke daerah asal dalam keadaan sehat juga,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa, para pekerja harus mengetahui standar yang aman dalam menggunakan alat ketika bekerja di perkebunan seperti parang dan sejenisnya. Serta alat pelindung diri apa yang harus dipakai.
“Itu ada di modul yang cukup baru dan ini jadi aspek penting untuk bisa diketahui oleh para instruktur. Sehingga bisa memberikan materi yang valid gitu kepada para PMI sebelum mereka berangkat ke luar negeri,” tambahnya.
Ia berharap dengan diadakannya kegiatan seperti ini, IOM dapat memberikan kontribusi terhadap pengingkatan migrasi pekerja yang aman di Provinsi NTB. Baik itu dalam hal mengurangi risiko kerja paksa dan eksploitatif bagi para PMI, atau menjadi korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO).
Kepala BP3MI NTB, Noerman Adhiguna mengharapkan pelatihan ini bisa memperdalam pengetahuan semua pihak, pemerintah, NGO untuk mempersiapkan calon PMI khususnya sektor kelapa sawit sebelum diberangkatkan.
“Terima kasihlah kepada IOM sudah melaksanakan kegiatan ini yang memberi perhatian kepada NTB . Karena memang untuk bekerja keapa sawit NTB memang tinggi khususnya dari Pulau Lombok,” ujarnya.
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi NTB, I Gede Putu Aryadi, S.Sos, M.H, menghadiri dan mendukung penuh kegiatan Pembukaan Pelatihan untuk Pelatih OPP bagi CPMI Sektor Kelapa Sawit Koridor Indonesia-Malaysia.
Ia juga menyampaikan apresiasi yang mendalam kepada BP3MI NTB dan IOM atas inisiatif mereka dalam memperkuat kompetensi PMI di sektor kelapa sawit. Ia menegaskan bahwa pelatihan ini sangat penting dalam mempersiapkan pekerja migran Indonesia untuk menghadapi tantangan di negara tujuan.
“Pelatihan ini sangat penting bagi calon pekerja migran kita, terutama dalam sektor kelapa sawit di koridor Indonesia-Malaysia. Pelatih harus mampu meyakinkan CPMI kita agar menempuh jalur prosedural. Dengan adanya pelatihan ini, kita dapat memastikan bahwa para pelatih ini nantinya akan melatih pekerja migran kita agar memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup sehingga dapat bekerja dengan aman dan produktif,” ujar Aryadi. (ulf)