MUSIM tanam tembakau di NTB tahun 2024 ini dihadapkan kembali pada tantangan kekeringan ekstrem. Kondisi ini memaksa para petani untuk berinovasi, bahkan ada yang menggunakan es batu balok untuk membantu pertumbuhan tanaman.
Sahminuddin, Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Provinsi NTB, mengungkapkan potensi tanam tahun ini diperkirakan hampir sama dengan tahun lalu.
“Tahun lalu, banyak petani yang terlambat menanam dan hasil panennya rusak akibat hujan. Namun, petani sudah terbiasa menghadapi tantangan cuaca ekstrem,” ujarnya pada Ekbis NTB pekan kemarin.
Sahminuddin menambahkan bahwa kekeringan justru dianggap lebih mudah diatasi oleh petani dibandingkan dengan hujan. “Kalau kering, petani bisa menyiasatinya. Yang lebih dikhawatirkan adalah hujan deras yang bisa merusak tanaman,” jelasnya.
Meski menghadapi tantangan, Sahminuddin optimis produksi tembakau tahun ini akan meningkat.
“Berdasarkan pantauan di lapangan, banyak petani yang menanam padi dua kali sekarang mulai menanam tembakau. Yang menanam padi sekali setahun, justru tembakaunya sudah mulai dipanen. Ini menunjukkan bahwa minat petani untuk menanam tembakau masih tinggi,” jelasnya.
Usia tembakau pada musim tanam tahun ini cukup variative, karena tidak dilakukan penanaman serentak akibat tantangan cuaca yang tidak menentu.
Sahminuddin menambahkan kondisi cuaca saat ini justru dianggap menguntungkan bagi tanaman tembakau. “Tembakau menyukai kondisi kering. Tidak membutuhkan air yang banyak. kualitas tembakau bisa menjadi lebih baik,” ungkapnya.
Meskimenghadapi tantangan cuaca, permintaan tembakau tetap tinggi. Sahminuddin menjelaskan hal ini disebabkan maraknya produksi rokok ilegal.
“Selama pemerintah belum berhasil mengatasi peredaran rokok ilegal, permintaan tembakau akan terus meningkat. Pembuat rokok ilegal berani membeli tembakau dengan harga tinggi, karena tidak perlu membayar cukai,” ungkapnya.
Kondisi ini menjadi dilema bagi petani. Di satu sisi, harga tembakau yang tinggi sangat menarik. Namun di sisi lain, maraknya produksi rokok ilegal dikhawatirkan akan merusak harga tembakau dalam jangka panjang.
“Jika produsen rokok ilegal terus meningkat, harga tembakau bisa anjlok dan masa depan petani tembakau akan terancam,” demikian Sahminuddin.(bul)