Mataram (Suara NTB) – Penerimaan peserta didik baru (PPDB) di Kota Mataram, meninggalkan masalah. Sekolah di tengah kota membludak murid baru, tetapi sekolah pinggiran justru kekurangan siswa. Fenomena ini terus terulang setiap tahun tanpa jalan keluar.
SMPN 18 Mataram yang berada di dekat Pantai Penghulu Agung, Kelurahan Ampenan Selatan, Kecamatan Ampenan kekurangan siswa. Pemicunya diklaim relokasi warga di sekitar sekolah. Di satu sisi, SMPN 2 Mataram yang terletak di tengah kota persisnya di Jalan Pejanggik, Kelurahan Mataram Barat, menambah rombongan belajar dari 10 kelas menjadi 11 kelas.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Mataram, Yusuf dikonfirmasi pada Rabu, 17 Juli 2024 menjelaskan, kisruh penerimaan peserta didik baru sebenarnya telah diwanti-wanti atau minimalisir agar prosesnya diupayakan sesuai dengan petunjuk teknis. Juknis ini telah disampaikan secara luas kepada masyarakat melalui website dan media massa, supaya wali murid tidak memaksakan anaknya sekolah yang dilabeli favorit atau bagus. Distribusi guru sudah disebar ke sekolah-sekolah pinggiran dan mereka menunjukan kualitasnya. “Bahkan ada guru yang berprestasi awalnya mengajar di sekolah dianggap bagus sudah diangkat sebagai kepala sekolah,” terangnya.
Kepala sekolah dapat menunjukan eksistensi membangun sekolah dan ada yang lolos olimpiade nasional dan prestasi di bidang non akademik sebagai atlet di cabang olah raga tertentu. Tetapi permasalahanya adalah masyarakat telah melabeli sekolah tertentu favorit dan tidak favorit, sehingga memicu penumpukan siswa baru. “Kalau adanya label itu tidak kita pungkiri,” jelasnya.
Yusuf mengakui, sekolah yang berada di tengah kota ramai peminat. Seperti di SMPN 2 Mataram terpaksa harus menambah rombongan belajar dari sebelumnya 10 kelas menjadi 11 kelas. Penambahan rombel dinilai tidak masalah, karena ketentuan secara nasional maksimal 11 rombel. Di satu sisi, SMPN 18 Mataram justru kekurangan siswa. Hal itu disebabkan masyarakat di sekitar sekolah telah direlokasi, sehingga menyebabkan kekosongan. Demikian pula, di SMPN 3 Mataram juga kekurangan siswa sehingga perlu dianalisa kembali kebijakan penerapan PPDB tahun 2025. “Usulan dari Prof. Asikin diminta SMPN 1 dan SMPN 2 Mataram dipindah ke Lingkar Selatan. Saya kira tidak ada masalah asalkan pemerintah membangunkan fasilitas sekolah,” jelasnya.
Secara keseluruhan jumlah siswa tingkat SD-SMP yang diterima mencapai 5.400 orang. Yusuf mengakui, tidak hanya SMP yang kekurangan murid melainkan beberapa sekolah dasar juga kesulitan mendapatkan siswa, sehingga langkah ditempuh membuat kajian untuk penggabungan sekolah alias marger. Kendati demikian, ia mengklaim proses PPDB tidak terjadi carut-marut seperti jenjang sekolah menengah atas. “Kalau Kota Mataram aman-aman saja, tidak seperti di provinsi masih ada anak yang belum mendapatkan sekolah,” demikian kata Yusuf. (cem)