Mataram (Suara NTB) – Para periset dari Pusat Riset Manuskrip, Literatur, dan Tradisi Lisan Badan Riset dan Inovasi Nasional (PR MLTL BRIN) memperkenalkan praktik perawatan manuskrip lontar kepada para mahasiswa Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) NTB yang sedang melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Batu Kumbung, Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat, NTB, Jumat, 19 Juli 2024.
Dalam risetnya tentang Pemberdayaan Etnomedisin Pengobatan Ayan dan Gila dalam Manuskrip dan Tradisi Lisan NTB, periset dari PR MLTL BRIN tidak hanya melakukan pendataan manuskrip yang dimiliki oleh masyarakat. Para periset juga memberi pengetahuan tentang perawatan manuskrip agar dapat bertahan dan tetap terbaca dengan baik.
Salah satu cara mudah yang bisa dilakukan oleh pemilik manuskrip adalah dengan menggunakan biji kemiri. Biji kemiri dibakar hingga mengeluarkan minyak. Biji kemiri yang sudah gosong dan mengeluarkan minyak tersebut disapukan pada lempir-lempir lontar hingga goresan aksara dapat terlihat lagi.
Tim periset PR MLTL BRIN yang terdiri atas Dr. Suyami, M.Hum., Drs. Sumarno, Dra. Titi Mumfangati, Dede Hidayatulah M.Pd., Nining Nur Alaini, M.Hum., Basori M.Hum., dan Siswanto S.Pd., sedang melakukan pengumpulan data sekaligus memperkenalkan cara perawatan manuskrip kepada H. Mundri selaku pemilik manuskrip.
Periset yang berjumlah tujuh orang tersebut mengidentifikasi dan melakukan perawatan manuskrip koleksi H. Mundri di Desa Batu Kumbung, Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat. Beberapa periset merawat manuskrip dengan biji kemiri, ada beberapa pula yang mengidentikasi manuskrip.
Pada saat itulah datang sekelompok mahasiswa UNU NTB yang sedang melaksanakan KKN di Desa Batu Kumbung. Melihat tim peneliti yang sedang membaca dan merawat manuskip, mereka sangat takjub. Serta merta mereka berkerumun di sekitar berugak tempat periset beraktivitas. Mereka antusias untuk mengetahui apa yang periset lakukan, karena selama ini mereka belum pernah mengenal manuskrip, apalagi menyentuh, melakukan perawatan, bahkan membaca manuskrip beraksara Jawa dan Sasak tersebut.
Mereka tertarik dan beberapa di antaranya menanyakan tentang manuskrip koleksi Haji Mundri. Para periset memberikan penjelasan bahwa manuskrip merupakan warisan budaya yang sangat berharga. Di dalamnya terkandung berbagai ilmu pengetahuan, seperti tentang obat-obatan, ilmu astronomi, sejarah, pertanian, keagamaan, dan sebagainya.
”Manuskrip pada umumnya ditulis dengan aksara dan bahasa daerah sehingga tidak setiap orang bisa membacanya. Manuskrip koleksi Bapak Haji Mundri yang sudah sempat peneliti cermati di antaranya ditulis dalam dengan aksara Jawa (Cacarakan) dalam bahasa Jawa dan bahasa Sasak, di antaranya ada Usada, Kayat Nur, dan teks-teks doa keagamaan,” jelas Suyami.
Mendengar penjelasan itu para mahasiswa tersebut mulai memperhatikan periset yang sedang membaca manuskrip. Mereka juga memperhatikan periset yang sedang melakukan perawatan manuskrip dengan mengolesinya menggunakan biji kemiri. Para mahasiswa heran kenapa arang kemiri dioleskan pada permukaan lempir-lempir manuskrip. Periset menjelaskan bahwa manuskrip yang disimpan oleh Bapak Haji Mundri sudah mulai rusak, tulisan tidak terbaca karena goresan tertutup debu dan jamur.
”Pengolesan arang kemiri bisa membersihkan permukaan lempir sekaligus memunculkan tulisan karena pada bekas-bekas goresan lempir akan tertutup arang kemiri sehingga tulisan bisa terbaca dengan jelas,” ujar Suyami.
Para mahasiswa menyimak dengan baik penjelasan tim peneliti tentang cara merawat manuskrip. Beberapa di antara mereka pun langsung mempraktikkannya. Mereka senang dan bangga dalam tugas KKN kali ini mendapatkan pengetahuan baru mengenai manuskrip dan cara perawatannya. (ron/*)