spot_img
Minggu, Desember 15, 2024
spot_img
BerandaEKONOMIDari Kangkung, Petani di Kediri Lobar Bisa Biayai Pendidikan Anak hingga Beli...

Dari Kangkung, Petani di Kediri Lobar Bisa Biayai Pendidikan Anak hingga Beli Tanah 

Kangkung banyak dibudidayakan di Lombok Barat (Lobar). Salah satunya di Kecamatan Kediri. Petani di wilayah ini banyak yang berhasil menanam kangkung ini, hingga bisa membiayai pendidikan anak-anaknya. Mereka bahkan bisa membeli tanah dan motor dari hasil budidaya tanaman yang mudah dalam pembudidayaannya tersebut.

Suhaili, salah seorang petani kangkung asal Numpeng Desa Jagaraga Indah, Kecamatan Kediri yang ditemui di sawahnya, Minggu, 11 Agustus 2024 mengatakan telah menanam kangkung sejak puluhan tahun dengan luas garapannya sekitar 40 are.

Untuk menanam Kangkung, dirinya butuh biaya Rp1.600.000. Mulai dari membajak tanah Rp600 ribu, bibit Rp500 ribu, penanaman 200 ribu, ditambah pupuk Rp150-300 ribu. Waktu penanaman usia 15 hari, barulah dilakukan pemupukan. Pupuk diperoleh dari kelompok. Setelah pemupukan, selang 15 hari atau usia taman 30 hari kangkung bisa dipanen.

Sekali panen, ia bisa memperoleh 4-5 kuintal atau 4 ikat dengan berat satu ikat 40-45 kilogram. Dari hasil panen itu, ia bisa mendapatkan hasil jual 3-4 juta. Kemudian dipotong biaya petik. Setelah petik pertama, bisa dilakukan pemetikan atau panen lagi selang satu Minggu. Dalam satu musim, ia bisa memanen 4-5 kali, sehingga satu kali musim, ia bisa memperoleh hasil panen Rp15-20 juta. “Panennya sampai lima kali, tapi tergantung,” ujarnya.

Untuk pemasaran hasil panen, tidak susah. Karena ada pengepul di wilayahnya dan juga yang langsung datang ke rumahnya mengambil kangkung. “Tiap hari ada pengepul mengambil ke rumah, jadi tidak susah memasarkan,”ujarnya.

Oleh pengepul kangkungnya dikirim ke Pulau Jawa, Jakarta dan daerah lainnya. Termasuk dikirim ke luar negeri, karena kualitas cita rasa kangkung lebih bagus dan enak. “Kangkung di sini khususnya Lombok lebih enak,”sambungnya.

Ia mengaku dari hasil kangkung ini, ia bisa menyekolahkan anaknya. Anaknya yang paling besar sudah lulus SMA. Namun anaknya tidak mau melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi. Kini ia membiayai anaknya yang masih duduk bangku SMP yang paling kecil. Selama menanam kangkung, ia mengaku Pemda hanya membantu pupuk. Itupun kerap kali terlambat didistribusikan, sehingga ia pun cukup kerepotan. Sedangkan untuk bibit, maupun obat-obatan belum ada bantuan. “Kami beli bibit dan obat-obatan,” jelasnya.

Mensiasati kebutuhan bibit, ia pun membudidaya sendiri. Sehingga ia pun tidak perlu mencari atau membeli bibit, dan ia tak perlu mengeluarkan biaya untuk beli bibit. “Kami petani kangkung butuh bantuan bibit dan obat-obatan, itu tidak pernah kamu dapatkan,”imbuhnya. (her)

IKLAN

spot_img
RELATED ARTICLES
- Advertisment -



VIDEO