spot_img
Minggu, Februari 23, 2025
spot_img
BerandaNTBLOMBOK UTARAKarnaval Hari Kemerdekaan, Angkat Tema Kearifan Lokal

Karnaval Hari Kemerdekaan, Angkat Tema Kearifan Lokal

Tanjung (Suara NTB) – Perayaan HUT Kemerdekaan RI ke-79 disambut antusias oleh masyarakat. Karnaval atau pawai 17 Agustus tingkat kecamatan Gangga diikuti oleh ribuan warga, termasuk Anggota DPRD Kabupaten Lombok Utara.

Karnaval yang dipusatkan di Lapangan kecamatan Gangga di Desa Gondang, Sabtu, 17 Agustus 2024 dipadati oleh masyarakat, dari siswa sekolah hingga masyarakat umum. Kesempatan itu, pemerintah kecamatan Gangga dan masyarakat mengusung kearifan lokal berupa seremoni Nyongkolan diiringi alat kesenian tradisional Tawaq-tawaq. Adapun pasangan mempelai figuran pada karnaval kali ini diperankan oleh anggota DPRD KLU dari Partai Golkar, M. Indra Darmaji Hasmar, ST., beserta istri, Neneng Juliani. S.Pd.

Usai karnaval, Darmaji mengaku terdorong untuk mengajak masyarakat desa khususnya Dusun Amor-amor di mana ia berdomisili. Inisiasinya bersama konstituen rupanya mendapat antusiasme di mana banyak masyarakat yang hadir saat prosesi tersebut. Baginya, tema karnaval dengan mengusung kearifan lokal berupa tradisi Nyongkolan memberi kesan pawai hari Merdeka kali ini terasa berbeda.

“Kami melihat bahwa di Lombok Utara ini, kearifan lokal mulai terkikis oleh arus globalisasi, apalagi jika kita berbicara tentang anak-anak muda yang semakin sibuk dengan gadget masing-masing. Karena itu, kami ingin melestarikan adat ini, dimulai dari Nyongkolan,” ujarnya.

Ia menegaskan, Nyongkolan tidak semata sebuah seremoni belaka. Para leluhur dahulunya, memiliki maksud dan tujuan untuk melaksanakan iringan arak-akan sepasang pengantin. Yakni, sebagai media pemberitahuan kepada publik bahwa sepasang pengantin tersebut sudah resmi sebagai suami dan istri.

Di balik itu, kata Darmaji, tradisi nyongkolan memiliki nilai luhur sebagai warisan adat dan budaya. Sehingga tidak jarang, ritual ini menarik minat warga bahkan wisatawan baik domestik maupun mancanegara.

“Kami juga ingin menitip pesan kepada generasi muda kita, bahwa ritual Nyongkolan bisa terlaksana tanpa mengganggu ketertiban umum selama berada di jalan raya.

“Kita juga melihat perlunya langkah-langkah pelestarian budaya, agar karnaval ini bisa menjadi alat untuk promosi wisata daerah,” katanya.

Sementara, Camat Gangga, Mahzan Zohdi, mengapresiasi keterlibatan banyak masyarakat saat pawai kemerdekaan tahun 2024 ini. Karnaval tidak hanya simbol mengisi kegemberiaan bertambahnya usia NKRI, tetapi juga momentum menanamkan kecintaan kepada budaya dan kearifan lokal.

“Alhamdulillah, antusiasme masyarakat sangat luar biasa. Saya sangat terharu melihat banyaknya masyarakat yang turut serta dalam karnaval ini,” kata Mahzan.

Menurut dia, kebersamaan dengan warga menunjukkan adanya semangat persatuan dan kesatuan sebagai fondasi terpeliharanya NKRI. Partisipasi warga juga menunjukkan betapa semangat kebersamaan masih terpelihara dengan baik. “Insya Allah tahun depan kita laksanakan dengan lebih baik lagi,” ucapnya.

Hal senada dikatakan Kepala Desa Gondang, Supriadi. Menurut dia,  karnaval ini adalah bentuk apresiasi dan ungkapan terima kasih kepada para pahlawan yang telah berjuang demi kemerdekaan.

“Untuk kami di Desa Gondang, insya Allah tahun ini kami akan menertibkan awik-awik desa, salah satunya adalah melestarikan kebudayaan,” ungkap Supriadi.

Dalam aturan awik-awik yang baru, Supriadi menegaskan bahwa setiap warga yang mengikuti prosesi Nyongkolan wajib mengenakan pakaian adat Lombok Utara. “Ini sudah menjadi kesepakatan bersama dengan Pemda, peserta Nyongkolan yang tidak menggunakan pakaian adat dilarang masuk barisan,” tandasnya. (ari)

RELATED ARTICLES
- Advertisment -





VIDEO