spot_img
Minggu, September 15, 2024
spot_img
BerandaBlogBelangian, Desa Wisata yang Bergantung dari Hutan Meratus

Belangian, Desa Wisata yang Bergantung dari Hutan Meratus

DESA Belangian, Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan merupakan salah satu desa wisata yang berada di lereng Gunung Meratus. Ditetapkan sebagai desa wisata pada tahun 2019 dan sudah terkenal dengan air terjun Kahung Besar-nya sejak 1973.

Di Desa Belagian dengan luas wilayah 24.000 ha ini, juga terdapat Taman Hutan Rakyat (Tahura) Sultan Adam. Tahura ini menjadi lokasi penghijauan oleh perusahaan pertambangan, bekerjasama dengan warga setempat.

Status desa wisata ini menjadi saling terkait dengan kawasan Meratus yang ditetapkan sebagai Geopark oleh Komite Nasional Geopark Indonesia (KNGI) tahun 2018 dengan luas sekitar 3.645,01 km2 di Provinsi Kalimantan Selatan. Pegunungan ini membentang sekitar 600 km2 dari barat daya ke timur laut, dan membelok ke utara hingga perbatasan Kalimantan Timur.

Geopark Meratus, memiliki kekayaan alam yang unik dan langka, flora dan fauna yang menjadi warisan alam. Kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya sehari – hari masyarakatnya bergantung pada keberadaan alam meratus. Untuk menjaganya bagi kesejahteraan masyarakat, dilakukan dengan konservasi, edukasi, dan pemberdayaan ekonomi masyarakat.

Di Desa Belangian sendiri terdapat beberapa cagar alam yang menjadi obyek wisata untuk dikunjungi. Mulai dari 4 buah air terjun seperti air terjun Kahung Besar, Kahung kecil, Kalang, dan air terjun Kiring. Ada juga sungai Kalaan yang menjadi tempat dilaksanakan arum jeram, dan kekayaan flora dan faunanya. Pada lereng gunung Meratus ini juga terdapat pohon – pohon besar dan salah satunya Benuang Laki, dan puluhan Batu Ampar yang berusia ratusan ribu tahun.

Sebagai desa wisata dengan potensi alam geopark Meratus, warga Belangian sangat mendukung dengan mengembangkan berbagai potensi yang ada. Saekoprint, salah satu produk kerajinan tekstil yang memanfaatkan pewarnaan dari bahan alami hutan Kahung Meratus berhasil dikembangkan warga.
Saekoprint diproduksi dengan 2 metode, yaitu vonding dan kukus. Diantara dedaunan yang digunakan untuk pewarnaan dan motiv seperti daun lanang, jati, jarak ulung, korsen. Juga memanfaatkan serbuk kayu ulin, alaban, akar bingkudu, kunyit, kulit akasia, kulit mahoni, sambutan, dan lainnya.

Proses pembuatan produk kain saekoprint ini membutuhkan waktu 5 – 10 hari, mulai dari pencarian bahan hingga pengolahan. Ketika bahan sudah tersedia, pemanggangan dilakukan hanya 2 jam. Sementara untuk sistem vonding, cukup cepat karena hanya menimpa kain bersama daun yang dijadikan motiv. Tidak semua daun sama modelnya, menjadikan motiv saekoprint Belangian berbeda dari produk kerajinan tekstil di daerah lain.

Untuk pemasaran, warga bersama pemerintah Desa Belangian memanfaatkan dari pengunjung desa wisata dan pemerintah daerah (Pemda) Kabupaten Banjar. Sehingga proses pemasaran belum maksimal dilakukan akibat dari jaringan telekomunikasi yang terbatas di wilayah Desa Belangian, dan akses transportasi menuju Desa Belangian yang harus menggunakan perahu motor lebih dari 1 jam perjalanan di atas waduk Rian Kanan.

Namun pemerintah kini sedang merintis akses jalan darat dari Kiram Karang Intan untuk menju Banjar Baru. Akses jalan ini bisa lebih cepat 30 – sampai 1 jam ketimbang melintasi Waduk Rian Kanan. Tapi dari target 17 km, baru dibuka sepanjang 5 km. Dari sisi jarak memang lebih jauh, tapi melalui akses jalan darat ini bisa lebih cepat karena menggunakan sepeda motor, kata Pembakal Desa Belangian, Aunul Khair di Aula Kantor Desa Belangian, Rabu (21/8/2024).

Pembukaan akses jalan ini juga akan membantu warga Belangian dengan jumlah penduduk 350 jiwa penduduk atau 105 kepala keluarga (KK). Apalagi warga didominasi sebagai petani dan peternak. Warga Belangian juga sebagai petani karet dengan produksi karet per hari 10 – 15 kg. harganya sering fluktuasi antara Rp.5.000 sampai Rp.8.000 per kg di tingkat pengepul.

Asriani, dari Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Belangian mengungkapkan, pengembangan pariwisata di Belangian dilakukan warga sejak lama. Penetapan Desa Wisata oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Banjar membuat Belangian semakin memberikan perhatian pada pengembangan potensi desan dengan menarik potensi wisata untuk arum jeram, camping ground, dan penelitian. Untuk komunitas Mapala, kita gratiskan dimanapun spot yang mereka pilih. Tapi untuk wisatawan kita tarik tarifnya Rp.100.000 per hari per orang. Itu sudah termasuk makan tiga kali sehari, dan satu kamar home stay, katanya.

Desa Belangian sendiri terbentuk pada 1983, hasil pemekaran dari Desa Kalaan, Kecamatan Aranio,Kabupaten Banjar. Desa Kalaan tenggelam bersama 7 desa lain sebagai dampak dari pembangunan Waduk Rian Kanan tahun 1965 – 1970 dan diresmikan tahun 1973. Yaitu Desa Kalaan, Rantau Rahalayung, Minunggul, Tiwingan, Akuwai, Rantau Bujur, Rantau Balai, dan Desa Bunglai, Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar. (ula)

Karya jurnalistik ini ditulis oleh Nasrullah, wartawan Suara NTB dari kontingen Provinsi NTB pada Pekan Olahraga Wartawan Nasional (Porwanas) Kalimantan Selatan ke XIV, 19 – 26 Agustus 2024.



RELATED ARTICLES
- Advertisment -spot_img
- Advertisment -


Most Popular

Recent Comments