Mataram (Suara NTB) – Capaian vaksinasi polio tahap II sedikit melambat dibandingkan vaksin tahap I. Penyebaran informasi bohong alias hoaks dikhawatirkan mempengaruhi capaian di Kota Mataram. Dampaknya tenaga kesehatan harus bekerja keras untuk meluruskan persepsi masyarakat.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Mataram, dr. H. Emirad Isfihan menjelaskan, pelaksanaan vaksinasi polio tahap kedua dimulai tanggal 12 Agustus 2024. Realisasinya mencapai sampai tanggal 20 Agustus baru 72 persen. Pihaknya memiliki waktu tiga hari untuk mengejar sisa sasaran sehingga bisa mencapai 95 persen. “Kita tetap kejar turun ke lapangan,” terang Emirald dikonfirmasi pada Rabu, 21 Agustus 2024.
Pada pelaksanaan vaksinasi polio tahap kedua kata Emirald, masyarakat juga memilih vaksin polio di luar atau kembali ke daerah asal mereka. Akan tetapi, target riil tetap dikejar karena sebelumnya cakupan vaksinasi polio pertama mencapai 100,6 persen.
Realisasi imunisasi tahap I dan tahap II diharapkan tidak jauh berbeda, sehingga diupayakan tetap mencapai 95 persen.
Menurutnya, persepsi masyarakat tentang vaksin ini justru menjadi tantangan sejak pandemi Covid-19, sehingga menjadi beban kerja tenaga kesehatan. “Jadi berita atau informasi tidak benar itu justru sangat mengganggu,” terangnya.
Dampak dari berita hoaks akan menambah beban kerja tenaga kesehatan. Di satu sisi, ingin melaksanakan pekerjaan. Di sisi lain harus mengedukasi dan meluruskan persepsi masyarakat.
Mantan Wakil Direktur RSUD Kota Mataram ini menegaskan, warga sebenarnya tidak menolak vaksin polio, melainkan munculnya ketakutan dari orang tua dari informasi bohong yang beredar di tengah masyarakat. “Jadi informasi setelah vaksin akan muncul ini itu. Hoaks ini terutama yang sangat berdampak,” ujarnya.
Imunisasi polio dijamin tidak menimbulkan gejala apapun terhadap balita. Kejadian ikutan pasca imunisasi yang sebelumnya dikhawatirkan tidak ditemukan sama sekali, karena balita tidak disuntik melainkan diberikan obat tetes saja.
Permasalahan utama adalah ajakan oknum tertentu dengan cara menakut-nakuti sangat mengganggu kondisi psikologi orang tua. “Kalau anaknya mengikuti saja, karena permasalahan sekarang ini berada di orang tua,” demikian kata dia. (cem)