Giri Menang (Suara NTB) – Balai Wilayah Sungai (BWS) Nusa Tenggara 1 selaku pengelola proyek Bendungan Meninting Lombok Barat melakukan berbagai langkah untuk meminimalisir pencemaran sungai dampak dari aktivitas Proyek Mega proyek Bendungan yang masuk sebagai PSN (proyek strategis nasional) tersebut. Salah satunya dengan membangun sumur bor di desa-desa yang terdampak.
PPK Proyek Bendungan Meninting Lalu Muhammad Asgar mengatakan, dalam penanganan dampak proyek bendungan tersebut, pihaknya sudah ada Perencanaan Pengendalian Proyek (P3) kerja sama dengan pihak Dinas Kesehatan (Dikes) untuk uji laboratorium kualitas air. Tiap enam bulan sekali dilakukan uji kualitas air, kebisingan dan udara dari Dikes. “Dan dari hasil uji tersebut, kami masih berada pada taraf aman,” klaimnya.
Kondisi air sungai dikatakan masuk kualitas 2, namun tidak membahayakan warga. “Tapi tidak boleh di minum, kalau untuk irigasi perikanan, pertanian bisa,”imbuhnya.
Selain itu langkah yang dilakukan pihaknya untuk mengurangi kekeruhan air tersebut, dengan cara membuat kolam peredam lumpur. “Jadi di tiap lokasi kami bendung masukkan ke kolam dulu,sebelum masuk ke sungai bagian hilir,” sambungnya.
Pihaknya juga telah membangunkan sumur bor, dan membantu penanganan kerusakan pipa air. Pihaknya telah membangun empat sumur bor, yakni di Desa Gegerung dua unit dan Penimbung dua unit.
Sebagai informasi, pembangunan bendungan ini dibiayai pemerintah pusat dengan anggaran Rp1,4 triliun. Memiliki kapasitas tampungan mencapai 12 juta meter kubik. Luas genangan bendungan ini mencapai 53,6 hektar. Bendungan akan mengairi 155,29 hektar lahan irigasi dan mampu menyediakan air baku 150 liter per detik dan dapat dimanfaatkan untuk pembangkit listrik Tanaga hidro (PLTMH) 0,8 MW. Pihaknya sangat berharap agar proyek ini segera selesai, sehingga bisa dimanfaatkan masyarakat luas. (her)
