Mataram (Suara NTB) – Gaya hidup yang sehat sangat menentukan kesehatan. Jika dalam kehidupan sehari-hari tidak memperhatikan masalah makanan dan minuman, maka ancaman penyakit harus diwaspadai. Salah satunya adalah ancaman penyakit ginjal.
Ketua Pengurus Wilayah Ikatan Perawat Dialisis Indonesia (IPDI) Provinsi NTB Baiq Reny Ermayuningsih, S.Kep.Ns., menyebut ancaman penyakit ginjal hingga menyebabkan terjadinya gagal ginjal tidak hanya mengancam orang tua dan dewasa saja. Namun, penyakit ginjal ini juga mengancam anak-anak dan jika tidak mendapatkan penanganan maksimal dari tenaga kesehatan bisa menyebabkan kematian.
Diakuinya, kasus gagal ginjal di NTB meningkat dari tahun ke tahun. Kasus gagal ginjal ini disumbang sebagian besar pasien menderita diabetes. “Ini kasusnya memang semakin meningkat setiap tahunnya. Di mana penyumbang terbesar adalah tingginya angka diabetes, baik itu diabetes dari orang tua, misalnya yang usia dewasa maupun yang anak-anak,” ujarnya saat dikonfirmasi di Hotel Lombok Raya Mataram, Minggu, 25 Agustus 2024.
Meski demikian, ujarnya, runah sakit yang ada di NTB, khususnya RSUD Provinsi NTB sudah memiliki alat lengkap untuk penanganan pasien anak-anak yang gagal ginjal. Sebelumnya, ungkap perawat di RSUD Provinsi NTB ini, rumah sakit di NTB nerujuk pasien anak gagal ginjal ke RSUP Sanglah di Bali, Jakarta atau Surabaya.
“Sekarang kita sudah tidak merujuk lagi. Alhamdulillah karena di Rumah Sakit Provinsi sendiri kita sudah melayani pasien-pasien anak. Jadi di bulan ini saja ada beberapa kasus anak. Mungkin ada yang sudah ngelihat juga di Facebook ada kemarin agak ramai ada pasien kita yang mungkin sama keluarganya itu diupload,’’ ungkapnya.
Permasalahan penyakit ginjal ini menjadi atensi dari Dinas Kesehatan Provinsi NTB dan menjadi isu nasional. Apalagi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, lebih 20 anak-anak mengidap penyakit ginjal. ‘’Dan kita (RSUD Provinsi, red) sekarang sudah mulai ada datang. Bulan ini saja ada tiga untuk anak yang di bawah 15 tahun, kemudian ada yang usia remaja 16, 17 dan 18 tahun,” tambahnya.
Menurutnya, semua pasien gagal ginjal, baik orang tua dan anak-anak dirawat di RSUD Provinsi NTB. Terhadap pasien yang gagal ginjal langsung mendapatkan penanganan. Salah satunya dengan melakukan cuci darah, baik di rumah sakit atau dilakukan secara mandiri di rumah.
Disinggung terkait peningkatan pasien sekitar 10 persen setahun. Dicontohkannya, di RSUD Provinsi NTB, kasus atau penyakit ginjal yang berobat antara 25 sampai 45 kasus per bulan dengan berbagai kategori usia.
Namun, dari hasil pemeriksaan, pasien yang berobat tersebut tidak murni akibat gagal ginjal, namun disebabkan masalah keturunan, jatuh dari pohon dan masalah lainnya. Termasuk masalah makanan atau minuman yang dikonsumsi.
‘’Jika tensi menurun rutin segera periksakan kesehatan. Mulai yang dasar itu memeriksakan tensi kalau tensinya sudah mulai agak tinggi itu perlu kontrol ke dokter dan nanti di-treatment. Kemudian mulai cek-cek lah laboratorium, karena melalui pemeriksaan laboratorium tersebut kita bisa sedini mungkin mencegah ke tahap gagal ginjal,’’ sarannya.
Mengenai ancaman penyakit ginjal, baik pada orang dewasa dan anak-anak, ungkapnya, mesti mendapatkan pola minum dan menjaga kesehatan. Sebagai contoh, orang dewasa tidak disarankan untuk tidak terlalu sering meminum suplemen atau minuman yang banyak mengandung aspartame.
Dalam hal ini, ketika badan membutuhkan istirahat setelah bekerja seharian disarankan agar beristirahat secara alami. Namun, faktanya banyak yang justru mengonsumsi minum yang mengandung zat tertentu, sehingga membuat badan kembali segar. Menurutnya, yang paling penting adalah bekerja secara alami ‘’Kita berikan misalnya minuman penyemangat. Itu kan kita memang benar-benar jadi segar, tapi pada saat segar itu kan dia memaksa kerja organ lebih,’’ ujarnya.
Begitu juga pada anak-anak, harapnya, disarankan orang tua mengawasi jenis minuman anak, terutama yang banyak dijual di pinggir jalan. Seharusnya anak lebih banyak mengkonsumsi air putih daripada minuman yang mengandung pemanis tertentu.
‘’Kalau misalnya kita sudah minum yang manis-manis, tentunya kita kenyang. Nafsu untuk makan yang lain-lain sudah kenyang duluan. Kalau terus-menerus itu juga akan mempengaruhi kerja ginjal, seperti itu. Ke depannya kita ingin kerja sama dengan puskesmas, sehingga edukasi untuk masyarakat sampai,’’ ujarnya. (ham)