Mataram (Suara NTB) – Wilayah Provinsi NTB saat ini masih di puncak musim kemarau. Curah hujan di seluruh wilayah NTB pada dasarian I September 2024 secara umum berada pada kategori rendah yaitu 0 – 10 mm/dasarian. Sifat hujan pada dasarian I September 2024 di wilayah NTB umumnya didominasi kategori bawah normal.
Prakirawan BMKG Stasiun Klimatologi NTB Suci Agustiarini mengatakan, berdasarkan monitoring Hari Tanpa Hujan Berturut – turut (HTH) provinsi NTB secara umum berada pada kategori sangat panjang yaitu 31 – 60 hari. HTH terpanjang tercatat di Pos Hujan Palibelo Teke, Kabupaten Bima selama 137 hari.
Pada dasarian II September 2024 yaitu tanggal 11-20 September, potensi hujan di wilayah NTB sangat rendah. Potensi hujan dengan intensitas ringan hingga sedang di atas 20mm/dasarian terjadi di sebagian kecil wilayah NTB, yaitu sekitar Kota Mataram dan sebagian Kabupaten Sumbawa Barat dan Sumbawa bagian Selatan dengan probabilitas di bawah 30 persen.
Berdasarkan monitoring, analisis dan prediksi curah hujan dasarian, terdapat indikasi kekeringan meteorologis (iklim) sebagai dampak dari kejadian hari kering berturut-turut dengan potensi Waspada, Siaga dan Awas terjadi di sejumlah daerah.
Misalnya level waspada kekeringan meteorologis terjadi di Kecamatan Wanasaba Lombok Timur. Kemudian level siaga terjadi di puluhan kecamatan seperti di Kecamatan Dompu, Huu, Kempo, Kilo, Manggalewa, Pajo, Woja Kabupaten Dompu. Kemudian Kecamatan Bolo, Madapangga, Sanggar, Soromandi di Kabuaten Bima.
“Di Kota Bima level waspada kekeringan meteorologis terjadi Kecamatan Raba, Lombok Barat terjadi di Kecamatan Lembar dan Sekotong. Kemudian di Lombok Tengah terjadi di Kecamatan Pujut dan sejumlah daerah lainnya,” ujar Suci Agustiarini dalam keterangannya, Selasa, 10 September 2024.
Adapun level awas kekeringan meteorologis terjadi di Kabupaten Bima terutama di Kecamatan Palibelo serta di Kecamatan Suela Kabupaten Lombok Timur.
Saat ini seluruh wilayah NTB masih dalam periode musim kemarau. Masyarakat NTB dihimbau agar dapat menggunakan air secara bijak, efektif dan efisien. Masyarakat juga perlu mewaspadai akan terjadinya bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang meluas karena beberapa wilayah mengalami kekeringan sebab kekeringan yang umumnya terjadi pada periode puncak musim kemarau.(ris)