spot_img
Minggu, Oktober 13, 2024
spot_img
BerandaNTBLOMBOK UTARAEntitas KLU Belum Jelas, Djohan Instruksi ke Dikbudpora Desain dan Patenkan Pakaian...

Entitas KLU Belum Jelas, Djohan Instruksi ke Dikbudpora Desain dan Patenkan Pakaian Adat

Tanjung (Suara NTB) – Bupati Kabupaten Lombok Utara (KLU) H. Djohan Sjamsu, termasuk salah satu pihak yang ikut mempertanyakan entitas pakaian adat Khas KLU. Pasalnya, ia melihat, pakaian adat yang saat ini banyak dipergunakan oleh masyarakat (pejabat, tokoh maupun publik), merupakan hasil kreasi yang identik dengan pakaian adat daerah lain.

“Kita punya Jong Bayan yang merupakan pakaian adat leluhur, itu satu-satunya di NTB. Apakah itu?,” ujar Djohan, Selasa, 11 September 2024.

Menurut Bupati, jikalau Jong Bayan atau pakaian adat lain dimunculkan sebagai entitas, maka legitimasinya harus diterbitkan oleh Pemerintah Daerah.

Pun demikian, ia juga mengisyaratkan bahwa entitas pakaian adat tidak hanya merepresentasikan perwujudan adat dan budaya secara turun temurun, namun dalam desainnya agar disesuaikan. Bahwa, entitas tersebut tidak hanya mempertahankan makna dan esensi, tetapi juga tidak bertentangan dengan norma agama dan perundang-undangan.

“Contoh di pakaian adat ini siq mbe kene (yang mana) pakaian adat Dayan Gunung? Dikpora harus bisa mendiskusikan ini nanti. Seingat saya, pakain adat ini identik dengan bongot/sapuq, kemben dan aksesoris lainnya. Tetapi apakah Sapuq ini milik Lombok secara umum atau bagaimana?” sambungnya.

Bupati pada kesempatan itu juga meminta kepada Dinas Dikbudpora untuk segera menggelar diskusi/sarasehan melibatkan tokoh-tokoh adat, budayawan, sejarawan, maupun figur lain yang substantif dalam menentukan pakaian adat khas Lombok Utara.

Pasalnya, entitas yang diakui hari ini merupakan identitas bagi generasi muda Lombok Utara di masa depan. Generasi muda ke depan juga harus mampu menjawab tantangan global dengan ragam modernitasnya melalui pelestarian budaya adat dan kesenian tradisional yang menjadi kekayaan daerah.

“Jangan sampai larut adat, budaya dan kesenian kita dengan perkembangan informasi teknologi yang luar biasa. Dulu, kalau anak kecil nangis, pasti minta makan. Sekarang, anak nangis minta HP, minta kuota. Banyak hal yang terjadi, harus kita atasi dan antisipasi sejak usia dini,” tandas Djohan. (ari)

IKLAN

spot_img
RELATED ARTICLES
- Advertisment -

VIDEO