spot_img
Jumat, September 20, 2024
spot_img
BerandaHEADLINELahan Pertanian Seluas 10 Ribu Hektare Terdampak Kekeringan di NTB

Lahan Pertanian Seluas 10 Ribu Hektare Terdampak Kekeringan di NTB

Mataram (Suara NTB) – Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi NTB mengungkapkan musim kemarau saat ini menyebabkan lahan pertanian seluas 10 ribu hektare mengalami kekeringan. Daerah yang terdampak kekeringan berada di Kabupaten Bima, Dompu, Sumbawa, Lombok Timur, dan Lombok Tengah.

Demikian diungkapkan, Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan NTB, Muhammad Taufieq Hidayat di Mataram, Kamis, 19 September 2024. ‘’Total sekitar 10 ribuan hektare terdampak meluasnya kekeringan,’’ ujarnya.

Taufieq mengungkapkan situasi itu tidak terlalu berdampak terhadap produksi pangan di Nusa Tenggara Barat, karena ada program perluasan areal tanam atau PAT dengan target seluas 51 ribu hektare. Program PAT itu sudah terealisasi dengan luas tanam sebanyak lebih kurang 65 persen dari target atau setara 33.150 hektare.

Sejak awal Mei 2024 atau musim tanam kedua, pemerintah memitigasi dampak meluasnya wilayah kekeringan melalui program pompanisasi dan irigasi perpompaan di NTB. “Sebanyak 4 ribuan pompa telah disalurkan kepada kelompok-kelompok tani dan telah termanfaatkan sebanyak lebih kurang 50 persen dan sisanya masih dalam proses pemasangan,” kata Taufieq.

Bentuk mitigasi kekeringan melalui program pompanisasi dan irigasi perpompaan merupakan bentuk kerja sama Kementerian Pertanian RI dengan Dinas Pertanian dan Perkebunan NTB, serta Dinas Pertanian kabupaten/kota di seluruh NTB.

Selain untuk mendukung perluasan areal tanah, program itu juga dimanfaatkan untuk penyelamatan di luas tambah tanam atau LTT di musim tanam kedua dan musim tanam ketiga.

“Insya Allah, Nusa Tenggara Barat tetap dapat memenuhi kewajiban sebagai salah satu provinsi lumbung pangan nasional,” ucap Taufieq.

Berdasarkan pemberitaan sebelumnya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi potensi kekeringan di Nusa Tenggara Barat bakal meluas karena puncak musim kemarau masih berlangsung pada September 2024.

Pada dasarian II September 2024 (11-20 September 2024) potensi hujan sangat rendah. Potensi hujan dengan intensitas ringan hingga sedang (>20mm/dasarian) terjadi di sebagian kecil wilayah Nusa Tenggara Barat.

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyatakan keberadaan siklon tropis Ulasan dan 89W yang kini berada di utara Indonesia, tepatnya perairan Filipina membuat uap air tertarik ke wilayah utara.

“Siklon tropis Pulasan dan 89W di utara bikin sistem konveksi bergeser ke utara dan Indonesia jadi bersih dari awan dan kering lagi,” pungkas Peneliti Iklim dan Atmosfer BRIN Erma Yulihastin. (ant)

RELATED ARTICLES
- Advertisment -spot_img
- Advertisment -


VIDEO