Sumbawa Besar (Suara NTB)-Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumbawa, mencatat sedikitnya ada sekitar 28 desa yang terdampak kekeringan dari sebelumnya hanya 19 desa di 11 kecamatan sesuai dengan SK darurat yang ditetapkan.
“Jadi, saat ini ada ada tambahan beberapa desa yang mengajukan permohonan permintaan air bersih dari jumlah yang kita tetapkan sebelumnya sebanyak 19 desa,” kata Kepala pelaksana BPBD Sumbawa kepada Suara NTB melalui Kabid Kedaruratan dan Logistik, Rusdianto, Selasa, 8 Oktober 2024.
Beberapa tambahan desa tersebut diantaranya berada di Kecamatan Moyo Hilir Desa Poto, Moyo Utara di desa Pungkit dan Sebewe. Desa-desa tersebut sebelumnya tidak pernah dilakukan disribusi air bersih tetapi tahun ini ada permintaan.
“Tambahan beberapa desa ini yang terdampak kekeringan tetap akan kita intervensi dan dalam waktu dekat akan segera kita lakukan pendistribusian,” ucapnya.
Diakuinya, pendistribusian air bersih saat ini sifatnya sporadis sesuai dengan surat permintaan air bersih dari desa. Hanya saja dalam penanganannya, pihaknya membutuhkan waktu yang cukup panjang karena tidak ada anggaran yang tersedia di BPBD.
“Kita sifatnya sporadis saja, karena untuk anggaran BTT tidak ada di BPBD melainkan tetap mengajukan ke Pemerintah dulu baru bisa kita lakukan pendistribusian air bersih,” sebutnya.
Pemerintah juga telah memperpanjang masa penanganan darurat kekeringan selama 82 hari terhitung sejak tanggal 11 Agustus hingga 31 Oktober 2024. Hal tersebut dilakukan karena kondisi di lapangan sudah semakin parah.
“Saat ini hujan belum ada dan air sumur sudah mengering sehingga masyarakat saat ini sangat membutuhkan air bersih,” ujarnya.
Diakuinya, kondisi masyarakat saat ini lebih membutuhkan air bersih dibandingkan dengan beras. Hal tersebut bisa mengindikasikan bahwa krisis air bersih di masyarakat saat ini sudah sangat parah sehingga perpanjangan masa tanggap perlu dilakukan.
“Air ini sangat penting untuk makan dan ibadah, karena tidak mungkin setiap hari masyarakat kita melakukan tayammum saat akan melaksanakan ibadah,” ucapnya.
Anto pun mengaku, bahwa kondisi kemarau tahun ini sangat parah jika dibandingkan dengan tahun 2023 lalu. Bahkan untuk volume air yang disalurkan biasanya satu desa hanya 6 tangki, sekarang untuk 6 tangki sangat kurang.
“Total masyarakat kita yang terdampak kekeringan sebanyak 33.964 jiwa dari 8.491 kepala keluarga (kk) dengan total kebutuhan air sebanyak 1.086.848 liter, ” tukasnya. (ils)