spot_img
Kamis, Desember 26, 2024
spot_img
BerandaNTBLatihan Pembuatan PGPR, Upaya Tingkatkan Kualitas Pertanian Tembakau di Lombok Utara

Latihan Pembuatan PGPR, Upaya Tingkatkan Kualitas Pertanian Tembakau di Lombok Utara

Mataram (Suara NTB) – Tim Bapeltanbun NTB menghadiri Sekolah Lapang (SL) di Desa Rempek, Kecamatan Gangga, Lombok Utara, Selasa, 22 Oktober 2024.

Sekolah lapang ini untuk meningkatkan produksi dan kualitas tanaman tembakau di Kelompok Tani Subak Bedugul. Kali ini memasuki pembelajaran yang ke-9.

Sejumlah petani dan lokal mengikuti pelatihan ini. Mereka sangat antusias untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam budidaya tembakau.

Pada pembelajaran kali ini, Tim Bapeltanbun yang terdiri dari widyaiswara dan penyuluh pertanian memimpin sesi praktek pembuatan Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR).

“PGPR merupakan teknologi ramah lingkungan yang memiliki potensi besar dalam meningkatkan produktivitas pertanian. Dengan memanfaatkan mikroba tanah,” kata Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan NTB, Ir. Muhammad Taufieq Hidayat.

Langkah Pembuatan PGPR
Para peserta, sambungnya, mendapat pelajaran langkah-langkah pembuatan PGPR menggunakan bahan-bahan alami yang mudah mereka akses.

Proses berjalan dengan pengumpulan serasah akar bambu, dengan perendaman selama 2 hingga 4 hari. Selain akar bambu, bahan lain yang mereka gunakan termasuk 200 gram gula sebagai sumber glukosa. Kemudian, 100 gram terasi alami yang kaya protein, satu setengah kilogram dedak halus, 15 liter air bersih, dan 1 sendok teh kapur mati.

Setelah memasak dan mendinginkan semua bahan, kemudian mereka campurkan dengan biang bakteri.

Langkah selanjutnya adalah, memasukan campuran bahan tersebut ke dalam jerigen dan melakukan fermentasi selama sekitar 14 hari.

“Selama proses fermentasi, akan muncul aroma khas bakteri yang menandakan bahwa PGPR sedang diproduksi,” jelasnya.

PGPR memiliki berbagai manfaat yang signifikan bagi pertanian. Selain sebagai bioprotectant yang menekan perkembangan penyakit, PGPR juga berperan sebagai biostimulant. Dengan menghasilkan hormon pertumbuhan dan sebagai biofertilizer yang meningkatkan ketersediaan nutrisi bagi tanaman.

“Sumber PGPR yang efektif dapat diambil dari akar rumput-rumputan, putri malu, dan akar bambu yang tumbuh subur tanpa terserang hama atau penyakit,” ujarnya.

Kegiatan Sekolah Lapang ini tidak hanya memberikan edukasi, tetapi juga menciptakan komunitas yang saling mendukung antar petani. Dengan berbagi pengetahuan dan pengalaman, harapannya produktivitas dan kualitas tanaman tembakau di Desa Rempek dapat meningkat secara signifikan.

Inisiatif ini merupakan langkah maju dalam pengembangan pertanian yang berkelanjutan, sekaligus memberikan harapan baru bagi para petani tembakau di Lombok Utara. Melalui teknologi yang ramah lingkungan dan pendekatan berbasis komunitas, harapannya sektor pertanian lokal dapat terus tumbuh dan berkembang.

Kegiatan ini tidak hanya memberikan pengetahuan praktis, tetapi juga memperkenalkan metode pertanian berkelanjutan yang dapat membantu petani dalam mengatasi tantangan di lapangan.

Setelah sesi praktek pembuatan PGPR, para peserta melanjutkan dengan materi tentang penyimpanan tembakau, yang merupakan aspek penting dalam menjaga kualitas hasil panen. Harapannya, para petani dapat mengoptimalkan metode penyimpanan untuk memaksimalkan kualitas tembakau sebelum dipasarkan. (*)

IKLAN

spot_img
RELATED ARTICLES
- Advertisment -





VIDEO