spot_img
Sabtu, Desember 21, 2024
spot_img
BerandaNTBMataram segera Lanjutkan Pasang Tanggul ‘’Ban Insang’’ Cegah Abrasi

Mataram segera Lanjutkan Pasang Tanggul ‘’Ban Insang’’ Cegah Abrasi

Mataram (Suara NTB)- Pemkot Mataram segera melanjutkan program memasang tanggul dengan menerapkan metode “ban insang” sebagai langkah antisipasi dan mencegah abrasi akibat cuaca ekstrem.

“Hasil evaluasi kami di Penghulu Agung yang sudah terpasang tanggul ban insang, cukup efektif,” kata Camat Ampenan Kota Mataram Muzakkir Walad di Mataram, Kamis 19 Desember 2024.

Hal tersebut disampaikan setelah melihat langsung ke lokasi pemasangan tanggul ban insang di Penghulu Agung sepanjang sekitar 250-300 meter, tidak ada lagi air yang masuk ke permukiman warga.

Berbeda dengan beberapa kelurahan yang belum dipasangkan ban insang seperti di Kampung Bugis, Kelurahan Bintaro, Kelurahan Ampenan Selatan, Ampenan Tengah, dan Kelurahan Banjar, terdampak banjir rob akibat gelombang tinggi karena cuaca ekstrem berupa hujan disertai angin kencang pada Rabu 18 Desember 2024.

Akibatnya, sebanyak 166 rumah warga terdampak banjir rob dan sebagian besar berada di Kampung Bugis, Kelurahan Bintaro yakni sebanyak 130 rumah. “Sisanya 36 unit ada di Kelurahan Ampenan Selatan, Ampenan Tengah, dan Kelurahan Banjar,” katanya.

Sementara di Penghulu Agung yang juga setiap tahunnya terdampak banjir rob akibat gelombang pasang, kali ini terselamatkan karena adanya tanggul ban insang yang dipasang pada bulan Oktober 2024.

“Alhamdulillah, sekarang warga di pinggir pantai Penghulu Agung bisa terhindar dari dampak gelombang pasang. Gelombang beralih ke arah utara yang tidak ada ban insang, tapi kami tetap imbau warga waspada,” katanya.

Dari hasil evaluasi itu, lanjutnya, pihaknya telah menyiapkan konsep untuk memasang ban insang di sepanjang titik rawan banjir rob dengan prioritas di Kelurahan Bintaro.

“Di Kampung Bugis, Kelurahan Bintaro menjadi prioritas ke depan untuk kami pasangkan tanggul dengan metode ban insang,” katanya.

Menurutnya, metode ban insang adalah membuat tanggul menggunakan ban mobil bekas yang dibelah menjadi dua kemudian diikat dan disusun seperti insang ikan.

Dengan teknik ini, ketika terjadi gelombang pasang maka pasir akan mengendap di ban sehingga dalam waktu lama terjadi tumpukan pasir dan akan terlihat seperti daratan dan menjorok ke lautan. “Tumpukan pasir yang sudah menjadi daratan kita tanami magrove dan waru sebagai bagian mitigasi bencana,” katanya.

Harapannya, melalui metode ban insang ini masyarakat yang berada di sempadan pantai bisa terhindar dari ancaman abrasi pantai yang setiap tahunnya terjadi saat musim angin barat.

Apalagi, tambah Muzakkir, warga di Kecamatan Ampenan yang masih tinggal di sempadan pantai terdata sekitar 300 kepala keluarga. (ant)

IKLAN

spot_img
RELATED ARTICLES
- Advertisment -





VIDEO