Pondok Pesantren (Ponpes) Modern Darul Muttaqien NWDI Perian Kecamatan Montong Gading Kabupaten Lombok Timur yang telah berdiri selama 74 tahun mencatat prestasi luar biasa dalam pembelajaran Al-Qur’an.
DENGAN menggunakan metode “Ummi,” santri-santri program tahfiz berhasil menghafal 30 juz Al-Qur’an hanya dalam waktu tiga bulan. Tahun ini, sebanyak 37 santri diwisuda, dengan 14 di antaranya sukses menyelesaikan hafalan 30 juz.
Pengasuh Ponpes Modern Darul Muttaqien, TGH. Adi Rimbun Kusumanegara kepada Suara NTB di sela wisuda santrinya, Ahad, 22 Desember 2024 menjelaskan, menjadi penghafal Qur’an di ponpesnya diseleksi dengan ketat. Program tahfidz 604 halaman kitab suci Al-Qur’an ini diikuti selama sembilan bulan hingga satu tahun. Mereka yang terpilih mengikuti program ini adalah yang betul-betul sudah mahir bacaan Qur’an.
Metode “Ummi,” yang diperkenalkan di Ponpes Modern Darul Muttaqien, menekankan pada penguasaan tajwid, gharib, serta kualitas bacaan Al-Qur’an. Sebelum memulai proses menghafal, calon santri terlebih dahulu diuji kemampuan bacaannya. Jika dinilai memenuhi standar, mereka dapat mengikuti program tahfiz.
Proses pembelajaran dilakukan secara unik, termasuk menggunakan “kelas alam” yang dimulai dari keterbatasan biaya. Awalnya, para santri belajar di tengah sawah menggunakan berugak (gazebo tradisional). Kini, metode ini menjadi bagian dari pendekatan yang mendorong santri untuk murojaah di mana saja.
Metode ini menargetkan hafalan dengan sistem setoran harian sebanyak lima halaman. Beberapa santri mampu menyelesaikan hafalan 30 juz dalam waktu lima bulan. Bahkan, ada yang berhasil dalam tiga bulan dengan menyetorkan 8-10 halaman per hari.
Pengasuh Ponpes, TGH. Adi Rimbun Kusumanegara, menekankan bahwa hafalan Al-Qur’an bukan hanya lisan, tetapi juga harus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Ponpes Darul Muttaqien tidak hanya mencetak hafiz Al-Qur’an, tetapi juga membekali santri dengan ilmu kitab kuning dan bahasa Arab yang dipraktikkan setiap hari. Lulusan Ponpes telah melanjutkan pendidikan ke universitas ternama seperti Ummul Quro di Makkah, Al-Azhar di Mesir, dan PTIQ di Jakarta. Beberapa santri juga meraih beasiswa pendidikan.
Menurut Ustadz Satran Maehadi, M.Pd, salah satu pengasuh tahfiz, metode “Ummi” awalnya dikembangkan untuk mempercepat pembelajaran membaca Al-Qur’an dengan baik. Namun, metode ini terbukti efektif dalam membantu santri menghafal dengan cepat. “Kuncinya adalah pendekatan lembut, menyenangkan, dan penuh kesabaran. Tidak ada istilah bosan, semuanya dimulai dari juz 30 yang lebih mudah,” jelasnya.
Tantangan utama dalam program tahfiz ini adalah menjaga motivasi santri. Namun, para pengasuh yang berjumlah 22 orang memberikan pendampingan intensif selama 24 jam untuk memastikan santri tetap semangat. Hingga saat ini, Ponpes Darul Muttaqien telah mencetak 75 hafiz dalam tiga angkatan, dan program ini terus menarik minat masyarakat luas.
Dengan keberhasilan ini, Ponpes Modern Darul Muttaqien Perian membuktikan bahwa metode “Ummi” adalah inovasi pembelajaran Al-Qur’an yang efektif dan relevan untuk generasi masa kini.(rus)