spot_img
Kamis, Januari 30, 2025
spot_img
BerandaNTBDOMPUIntensitas Hujan dan Rusaknya Hutan Picu Keparahan Banjir di Dompu

Intensitas Hujan dan Rusaknya Hutan Picu Keparahan Banjir di Dompu

Dompu (Suara NTB) – Banjir bandang pada 20 Desember 2024 lalu menjadi banjir terbesar dalam 10 tahun terakhir di Kabupaten Dompu. Selain karena intensitas hujan yang  tinggi, kerusakan hutan, buruknya sistem drainase kota, dan kurang tanggapnya warga terhadap bencana memicu tingginya dampak banjir.

Hal itu diakui Kepala BPBD Kabupaten Dompu, H. Tajuddin HIR, SH saat dikonfirmasi, Senin, 23 Desember 2024. Intensitas hujan yang tinggi dan kemungkinan akan terjadinya bencana banjir, juga telah diperkirakan oleh BMKG. Informasi ini juga telah dilanjutkan ke group WA yang ada sebagai langkah antisipasi.

Namun warga yang ada di sekitar bantaran sungai tidak menduga, karena banjir saat itu hampir bersamaan dengan datangnya  hujan dalam kota. Terlebih sehari sebelumnya, juga terjadi banjir yang cukup besar pada sungai Laju dan sungai Silo, sungai yang melintasi kota Dompu.

“Warga tidak menduga akan terjadi banjir sebesar itu. Karena di kota, hujan baru turun, beberapa saat kemudian datang banjir. Ternyata di hulu sungai pada wilayah utara Dompu dan sebelah barat Bima, hujan dengan intensitas tinggi terjadi dua jam sebelum banjir datang. Makanya warga seperti di kelurahan Bali tidak menduga dan terjebak di rumahnya saat banjir datang,” ungkap Kepala BPBD Kabupaten Dompu, H. Tajuddin HIR.

Selain intensitas hujan yang tinggi, rusaknya hutan pada daerah hulu sungai memperparah banjir. Banjir yang datang, membawa sedimentasi yang tinggi. Ketika hutan baik, air hujan akan diserap tumbuhan dan menghambat air hujan ke dataran rendah menyatu di sungai. Sedimentasi juga tidak akan banyak terjadi, karena tanaman dan tumbuhan yang ada akan menahannya.

“Kalau banjir kemarin itu, selain intensitas hujan yang tinggi, rusaknya hutan di hulu sungai memperburuk banjir yang terjadi. Belum lagi, masalah saluran drainase. Itu memperparah banjir dan genangan pada pemukiman warga. Padahal kita memiliki banyak sungai untuk pembuangan saluran drainase, sehingga air hujan tidak memperparah genangan di pemukiman warga. Itu yang terjadi di Kandai Dua,” jelas H. Tajuddin.

Kepala Dinas PUPR Kabupaten Dompu, Aris Ansyari, ST, MT di tempat terpisah pada Senin malam, mengungkapkan, banjir pada 20 Desember sudah diperkirakannya sebagai siklus 5 tahunan, dan 10 tahunan. Perkiraan ini sudah diingatkan melalui WA group pimpinan. Karena hujan dengan siklus tertentu memiliki intensitas yang tinggi. “Saat hujan dengan intensitas tinggi, sungai sempit oleh sedimentasi, maka akan meluap ke pemukiman warga saat banjir. Ini akan diperparah ketika banjir tiba bersamaan dengan proses pasangnya air laut,” ungkapnya.

Terhadap drainase kota, diakui Aris, masih mejadi persoalan dan memperburuk wajah kota Dompu. Karena sistemnya belum menyatu dan memperlancar air ke sungai yang ada. Pada tahun 2025, pihaknya telah menganggarkan biaya desain perencanaan sistem drainase kota. Ketika ada desain ini, berapapun anggaran yang dianggarkan, bisa dikerjakan secara bertahap drainasenya dan tetap akan terkoneksi elevasinya menuju sungai pembuangan. “Saat ini, belum jelas. Sehingga sering ditemukan drainase tidak berfungsi,” ungkapnya.

Junaidin, warga Soritatanga yang menjadi korban diseret banjir bersama rumahnya akibat banjir 20 Desember lalu mengungkapkan, selama 14 tahun dirinya berdomisili di sekitar Sori Mangge Desa Soritatanga tidak pernah banjir sebesar ini dan menghanyutkan rumahnya. Kalaupun ada banjir, hanya mengalir di sungai dan tidak pernah meluap.

“Banjir kemarin begitu besar, salah satu pemicunya akibat perilaku warga yang membabat hutan di hulu sungai dan dimasukan ke sungai. Ketika banjir datang, pohon – pohon yang ditebang itu ikut diseret banjir dan tertahan di jembatan (Sorimangge). Air yang tertahan, meluap ke jalan dan kebun seperti bentangan air laut,” kata Junaidin.

Banjir bandang 20 Desember 2024 lalu, selain menghanyutkan 3 unit rumah warga di Soritatanga Kecamatan Pekat dan sejumlah rumah warga di Bada Dompu, juga merusak jalan yang ada di 2 jembatan di Desa Soritatanga Kecamatan Pekat. Yaitu ruas jalan di sebelah barat perkebunan tebu PT SMS dan di jembatan Sorimangge Desa Soritatanga. Kedua jembatan ini terancam putus bila ruas jalan setempat tidak segera ditangani. (ula)

RELATED ARTICLES
- Advertisment -


VIDEO