Mataram (Suara NTB) – Dinas Pariwisata Provinsi NTB kembali targetkan 2,5 juta kunjungan wisatawan ke Pulau Lombok dan Sumbawa di tahun 2025. Target ini sama dengan target kunjungan tahun 2024 karena Pemprov NTB gagal membawa 2,5 juta wisatawan berkunjung ke NTB di tahun ini.
Kepala Dinas Pariwisata Provinsi NTB, Jamaludin Malady, S.Sos., MT., mengatakan kunjungan wisata di tahun 2024 dipastikan mentok di angka 2,3 juta kunjungan. Ia mengatakan, pihaknya menargetkan jumlah kunjungan terlalu tinggi, sehingga target tersebut tidak bisa terealisasi.
“Kita yang menargetkan terlalu tinggi, dari 2 juta ke 2,5 juta. Harusnya kita targetkan 2.000.500 orang,” ujarnya kepada Suara NTB, Senin, 30 Desember 2024.
Meski tidak mencapai target, namun jumlah kunjungan tahun ini jauh lebih tinggi dibandingkan tahun 2023 lalu. Pun menurutnya, meskipun target tersebut tidak tercapai, itu bukanlah suatu masalah karena dibuatnya target kunjungan wisata hanya untuk memacu Pemprov NTB khususnya Dinas Pariwisata dalam bekerja mempromosikan destinasi wisata daerah.
Kendati demikian, pihaknya tetap berupaya untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan agar target 2,5 juta kunjungan wisatawan di tahun 2025 tercapai. Dengan meningkatkan promosi destinasi wisata daerah.
“Promosi bukan hanya provinsi, tapi kabuaten/kota. Kabupaten/kota juga harus banyak promosi dong. Anggarkan biaya promosi di Dinas Pariwisata masing-masing, atau di Badan Promosi Pariwisata Daerah kabupaten/kota masing-masing,” katanya.
Mantan Kepala Dinas Perkim ini menyatakan, terdapat beberapa tantangan yang dihadapi NTB dalam mendatangkan wisatawan ke daerah. Yang utama adalah masih banyak destinasi wisata yang belum maksimal penanganannya, khususnya terkait kebersihan.
Dikatakan, masih banyak destinasi wisata yang dipenuhi sampah yang berdampak mengganggu kenyamanan wisatawan, seperti halnya di kawasan Gunung Rinjani dan Sembalun.
Selain hospitality, permasalahan lain yang dihadapi adalah tingginya harga tiket pesawat menuju daerah ini. Padahal penerbangan menjadi alasan utama wisatawan berwisata.
“Yang masih kotor-kotor seperti Gunung Rinjani, sampah segala macam harus sesuai dong dengan peringkatnya (Lombok menjadi destinasi wisata nomor satu, red). Semua harus ambil bagian menuntaskan permasalahan sampah, termasuk hotel karena sampahnya kan dari hotel,” jelasnya.
Untuk menuntaskan permasalahan sampah, khususnya di kawasan Gunung Rinjani dan Sembalun. Jamal mengaku pihaknya sudah berkoordinasi dengan TNGR supaya pembukaan Rinjani di awal April nanti ada kebijakan pendaki harus membawa tumbler.
“Botol pelastik harus duganti ke tumbler. Mie instan, makanan, minuman, ikan-ikan masukan dalam Tupperware. Di tumbler atau Tupperware ada QR code supaya teman-teman pariwisata bisa tinggal scan,” pungkasnya. (era)