PROVINSI NTB mencatatkan angka Indeks Perkembangan Harga (IPH) pada minggu pertama Januari 2025 sebesar 5,95 persen. Angka ini berada di urutan kedua setelah Provinsi Bali sebesar 6,51 persen. IPH sering digunakan sebagai proxy atau indikator inflasi. IPH mengukur perubahan harga barang dan jasa dalam suatu periode, sehingga dapat mencerminkan tingkat inflasi.
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) M Tito Karnavian mengatakan, naiknya IPH NTB dan Bali di awal tahun karena geliat pariwisata selama Natal dan Tahun Baru (Nataru). Karena selama libur Nataru ini, permintaan makan dan minum cukup tinggi, sehingga indeks perkembangan harga menjadi lebih tinggi. Ia meyakini, IPH akan kembali normal setelah wisatawan kembali dari libur Nataru.
“Daerah-daerah wisata seperti Bali dan NTB punya IPH atau proxy inflasinya tinggi, ini mungkin wajar karena banyak yang datang ke sana dan otomatis permintaan makanan dan minuman pasti akan naik,” kata Tito Karnavian saat memimpin rapat koordinasi (Rakor) pengendalian inflasi yang berlangsung secara hibrid, Senin, 6 Januari 2025.
Pemprov NTB pun secara rutin mengikuti rakor tersebut melalui zoom. Pada rakor kali ini, Pj Gubernur NTB Hassanudin diwakili oleh Kepala Biro Perekonomian Setda NTB H. Wirajaya Kusuma.
IPH sebagai proxy inflasi memiliki beberapa fungsi, seperti mengukur perubahan harga konsumen, membantu memantau inflasi, menilai dampak kebijakan moneter, membantu perencanaan ekonomi serta mengukur kinerja ekonomi.
Selanjutnya jika melihat data IPH Kabupaten/Kota di Indonesia di awal Januari 2025, Kabupaten Lombok Tengah tercatat tertinggi secara nasional dengan angka 9,12 persen. Setelah Lombok Tengah, sejumlah daerah mengikuti di bawahnya seperti Tapanuli Selatan, Lebong, Muaro Jambi, Karang Asem dan sejumlah kabupaten lainnya.
Meskipun IPH NTB di awal tahun tercatat cukup tinggi, namun secara historis inflasi di daerah ini selama 2024 tergolong rendah. Di bulan Desember 2024 misalnya, terjadi inflasi year on year (y-on-y) di Provinsi NTB sebesar 1,28 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 107,04. Inflasi y-on-y terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya indeks kelompok pengeluaran, salah satunya kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 7,69 persen.
Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi y-on-y pada Desember 2024 antara lain emas perhiasan, daging ayam ras, cumi-cumi, sigaret kretek mesin (SKM), sewa rumah, akademi/perguruan tinggi, bawang merah, minyak goreng, jeruk, dan lainnya.
Pada Desember 2024, seluruh wilayah IHK di Provinsi Nusa Tenggara Barat yang berjumlah tiga kabupaten/kota mengalami inflasi y-on-y. Inflasi y-on-y tertinggi terjadi di Kota Bima sebesar 2,33 persen dengan IHK sebesar 107,23 dan terendah terjadi di Kabupaten Sumbawa sebesar 0,08 persen dengan IHK sebesar 107,01. Adapun tingkat inflasi month to month (m-to-m) Provinsi NTB bulan Desember 2024 sebesar 0,46 persen.(ris)