PENYAKIT Kuku dan Mulut (PMK) yang menjangkit hewan ternak kini muncul lagi di NTB. Kemunculan penyakit ini harus segera diatasi sebelum virus ini semakin menyebar ke ternak warga.
Dekan Fakultas Peternakan Universitas Mataram, Prof. Muhammad Ali, Ph.D., menyatakan virus ini sangat cepat menyebar. Sehingga, kemunculan penyakit ini kembali di NTB bagaikan petaka khususnya kepada peternak.
Menurutnya, baik pemerintah maupun peternak harus mulai mengambil langkah untuk menuntaskan penyakit yang menyerang mulut dan kuku ternak ini. Pasalnya, apabila dibiarkan terus-menerus, akan berpengaruh terhadap reputasi ternak NTB termasuk dengan harga ternak.
“Menghadapi kurban ini kan sangat banyak, nah itu yang harus diantisipasi. Kalau sampai terjadi outbreak, terus meluas maka orang tidak mau lagi ngambil sapi dari NTB dan harga sapi akan anjlok, ujung-ujungnya peternak yang rugi,” ujarnya saat dihubungi Ekbis NTB, Sabtu, 18 Januari 2025.
Disebutkan, PMK ini pernah menghantui NTB beberapa tahun kebelakang. Pada saat itu, harga ternak turun drastis meskipun saat Hari Raya Qurban.
Ali mengatakan, kejadian semacam ini harusnya jangan lagi terjadi di NTB. Oleh karena itu perlu adanya langkah awal menghentikan penyebaran PMK.
“Jadi dampaknya tahun 2022-2023 luar biasa dahsyat. Jadi saat itu harga ternak langsung anjlok, sangat drastis secara ekonomi masyarakat,” sambungnya.
Diterangkan, virus PMK ini sangat cepat menyebar, sehingga jika tidak segera diatasi. Kejadian tahun 2022-2023 tidak akan bisa dihindarkan. Apalagi, dalam beberapa bulan kedepan masyarakat akan dihadapi dengan Hari Raya Qurban.
Adapun beberapa langkah disebutkan untuk mengatasi PMK diantaranya dengan memantau arus keluar – masuk. Terutama masuknya ternak ke NTB. “. Jangan sampai dari luar daerah masuk, dari Surabaya sudah kelihatan masuk, ini bisa cepat sekali menyebar. Sehingga yang pertama adalah perketat karantinanya karena masa inkubasi virus itu adalah 14 hari, jadi pengamatan di karantina ada SOP,” jelasnya.
Pemerintah dan instansi terkait juga mesti memberikan edukasi kepada peternak, apabila ditemukan kondisi yang aneh khususnya bagian kuku dan mulut ternak, untuk segera mengisolasi ternak yang sakit dengan ternak yang sehat.
Ketiga, pemberian vaksinasi harus rutin dilakukan. Tidak hanya sekali, dua kali, tetapi dilakukan secara berkala. “Vaksin pertama, setelah satu bulan dibooster. Nah akhirnya muncul kekebalan ternak melawan viru. Tetapi karena virus ini sangat mudah bermutasi sehingga enam bulan berikutnya setelah booster itu harus divaksin lagi,” terangnya.
Menjaga kebersihan kandang dan pemberian vitamin juga dibutuhkan supaya imun ternak semakin kuat dan tidak mudah terjangkit virus. (era)