Mataram (Suara NTB) – Permintaan kemiri asal Nusa Tenggara Barat (NTB) dari pasar luar negeri terus meningkat. Salah satu negara dengan permintaan tinggi adalah Jepang, yang membutuhkan pasokan hingga 5 ton per minggu.
Selain digunakan sebagai bumbu dapur, di Jepang kemiri juga dimanfaatkan dalam industri farmasi. PT Mujnah Kemiri Lombok, salah satu eksportir kemiri asal NTB, telah mengirimkan 3 ton kemiri ke Jepang pada 7 Maret 2025. Namun, permintaan tambahan sebesar 5 ton per minggu masih belum dapat dipenuhi sepenuhnya karena keterbatasan tenaga kerja menjelang Lebaran.
Owner PT Mujnah Kemiri Lombok, Mujnah, mengatakan bahwa pihaknya masih berhati-hati dalam menerima kontrak baru, terutama karena keterbatasan tenaga kerja pengupas kemiri, yang sebagian besar merupakan ibu rumah tangga. “Saat ini kami belum bisa menyanggupi tambahan 5 ton per minggu dari Jepang karena tenaga pengupas terbatas menjelang Lebaran. Setelah Lebaran, kami akan melihat kembali kemungkinannya,” ujarnya.
Selain Jepang, PT Mujnah Kemiri Lombok juga tengah mempersiapkan bahan baku untuk ekspor ke Singapura, yang diperkirakan mulai dikirim setelah Lebaran tahun ini. Sebelumnya, NTB juga telah mengekspor kemiri ke Arab Saudi dengan volume mencapai 20 ton.
Salah satu keuntungan ekspor dibandingkan pasar domestik adalah kepastian harga dan permintaan yang terkontrak. Saat ini, harga kemiri untuk ekspor ke Jepang mencapai Rp57.000 per kilogram dalam kondisi siap kirim menggunakan kontainer. “Kalau ekspor, sudah ada kontrak harga yang tidak bisa berubah, sehingga lebih menguntungkan dibandingkan pasar domestik yang cenderung fluktuatif,” jelas Mujnah.
Ia menambahkan, kemiri asal NTB memiliki daya saing tinggi di pasar ekspor karena tampilannya yang lebih putih serta bijinya yang lebih besar dibandingkan kemiri dari daerah lain. Kualitas unggul ini diduga dipengaruhi oleh struktur tanah di NTB yang cocok untuk pertumbuhan kemiri.
Untuk memenuhi tingginya permintaan ekspor, PT Mujnah Kemiri Lombok memperkuat pasokan bahan baku dari Bima (NTB) dan Flores (NTT). Namun, ketersediaan bahan baku dan tenaga kerja masih menjadi tantangan utama yang harus diatasi.
Agar produksi kemiri dapat berkelanjutan, dukungan pemerintah sangat diperlukan. Menurut Mujnah, intervensi pemerintah dalam bentuk pendampingan petani, penguatan kelembagaan, serta pemberian insentif bagi pelaku usaha dapat membantu memastikan ketersediaan bahan baku yang stabil.
Selain memberikan dampak ekonomi, pengembangan kemiri juga memiliki manfaat ekologis, seperti menjaga keseimbangan ekosistem, melindungi sumber air, dan menjaga kelestarian lingkungan. Jika tidak dikelola dengan baik, dikhawatirkan produksi kemiri di masa depan akan menghadapi kendala.
Kabid Planologi dan Pemanfaatan Hutan Dinas LHK NTB, Burhan, SP., MM., mengungkapkan bahwa NTB memiliki 100 ribu hektare kawasan hutan yang berpotensi untuk pengembangan kemiri. Saat ini, lahan yang telah dimanfaatkan baru seluas 3.000 hektare, dengan produksi sekitar 200 ton per panen untuk satu kelompok tani.
Dengan potensi besar ini, NTB memiliki peluang strategis untuk menjadi salah satu sentra produksi kemiri terbesar di Indonesia dan memperkuat posisinya di pasar ekspor global. (bul)