Sumbawa Besar (Suara NTB) – Fenomena bencana banjir di setiap musim penghujan kerap terjadi di Kabupaten Sumbawa. Bahkan bencana banjir “seolah-olah” seperti tamu yang selalu datang setiap tahunnya dengan dampak kerusakan yang cukup besar bagi masyarakat. Kondisi hutan yang gundul dan banyaknya warga menanam jagung di lereng perbukitan ‘’dituding’’ sebagai biang kerok terjadinya banjir.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat di awal musim penghujan (20/12/ 2024) merupakan banjir pertama yang terjadi. Banjir tersebut mengakibatkan 3.099 jiwa terdampak di tujuh desa yang berada di Kecamatan Alas Barat.
Rinciannya Desa Usar Mapin tercatat sebagai yang paling parah terdampak, dengan total 740 KK dan 2.287 jiwa. Sementara itu, Desa Mapin Rea mengalami kerugian hewan ternak, dengan 11 ekor sapi dan empat ekor kambing hanyut. Di Desa Labuhan Mapin, 150 jiwa dari 50 KK juga terdampak, termasuk kerusakan pada tambak udang.
Selain di Kecamatan Alas Barat, banjir juga terjadi di Kecamatan Unter Iwes yang mengakibatkan 178 kepala keluarga (KK) dengan 621 jiwa terdampak. Banjir tersebut menerjang tiga desa di wilayah setempat yakni Desa Nijang, Desa Kerato, dan Desa Uma Beringin.
Kepala Pelaksana BPBD Sumbawa, Muhammad Nurhidayat menyebutkan ada beberapa faktor yang menyebabkan banjir tiap musim penghujan. Pertama, tidak adanya tumbuhan vegetatif yang menyerap air hujan menjadi faktor utama terjadinya.
“Sekarang hampir sebagian besar tanaman vegetatif kita sudah tidak ada yang ada adalah tanaman jagung, karena untuk menanam jagung sampai rumput pun mati agar jagung bisa tumbuh, ” ucapnya.
Sehingga ketika hujan turun lanjut Dayat – sapaan akrabnya, langsung menghantam top soil dan lari ke sungai apalagi ketika hujan dengan intensitas tinggi. Mengatasi masalah tersebut, pemerintah harus berani bersama masyarakat untuk membatasi wilayah yang bisa ditanami jagung dan tidak boleh.
“Kita harus berani menekan kerusakan hutan, kalau tidak ya kita tetap akan dilanda banjir atau malah makin parah. Karena banyak kawasan hutan lindung yang ditanami jagung saat ini, ” sebutnya.
Faktor lainnya, memang tahun ini curah hujan yang terjadi sangat besar beda dengan tahun-tahun sebelumnya. Bahkan belum puncak musim penghujan saja sudah terjadi banjir apalagi kalau sudah puncak musim penghujan.
“Kita ambil contoh saja di Karang Dima, airnya tidak melalui sungai dia naik tetapi karena hutannya sudah gundul, maka air langsung menghantam terminal dan pemukiman masyarakat, ” ucapnya.
Pelaku Pembalakan Hutan Tidak Terlayani Bantuan
Sumbawa dikenal sebagai daerah penghasil jagung di NTB. BPBD Sumbawa mengakui, jika sebagian besar lahan tidak ditumbuhi tanaman vegetatif, tapi banyak ditanami jagung. Dinas Pertanian (Distan) Sumbawa menyebutkan, realisasi tanam jagung untuk tahun 2024 mencapai 100.004 ribu hektare dan di tahun 2025 baru terealisasi sebesar 27.273 ribu hektare dan diklaim lokasi tanam tersebut tidak berada di kawasan hutan.
“Kami telah membuat aturan khusus untuk membatasi kerusakan hutan akibat tanamam jagung salah satunya dengan pemberian bantuan pupuk dan bibit kepada para petani, ” kata Kepala Distan Sumbawa I Wayan Rusmawati.
Wayan Rusmawati meyakini, pembatasan pemberian bantuan tersebut dilakukan untuk menekan laju kerusakan hutan akibat tanamam jagung. Bahkan dinas hanya memberikan kepada kelompok tani (Poktan) yang sudah terdata sebelumnya.
“Tidak ada bantuan untuk pupuk dan bibit bagi kelompok tani yang menanam jagung di kawasan hutan lindung hanya lahan sawah dan tegalan saja yang kami berikan, ” ujarnya.
Pemerintah pada prinsipnya sudah sangat intens menekan laju kerusakan hutan yang beralih fungsi untuk tanamam jagung. Hal itu dilakukan agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan salah satunya banjir dan tanah longsor yang sudah kerap terjadi.
“Jadi, cara kita untuk menekan perambahan hutan dengan tidak memberikan pupuk dan bibit, yang kami berikan hanya untuk petani yang ada di sawah dan tegalan dengan kemiringan tertentu, ” terangnya.
Dirinya pun memastikan, jika ada tanamam jagung yang berada di kawasan hutan pasti hal tersebut ilegal dan Distan tidak memiliki kewenangan untuk melakukan intervensi lebih lanjut. “Tidak termasuk pemberian bantuan bagi tanaman jagung yang ada di kawasan hutan karena tidak ada kelompok tani di lokasi tersebut, ” tegasnya.
Siapkan Rencana Kontinjensi Bencana Banjir
Pemkab Sumbawa tengah menyiapkan rencana kontinjensi bencana khususnya banjir sebagai bentuk mitigasi dan ketika sudah terjadi bencana untuk upaya melakukan evakuasi.
“Kita sudah punya SOP berupa dokumen rencana kontinjensi dan kita bisa melihat peta dan lokasi rawan banjir termasuk juga upaya penanganan ketika terjadi bencana, ” kata Sekretaris Daerah (Sekda) Dr. Budi Prasetyo kepada Suara NTB.
Dr. Budi melanjutkan, dokumen rencana kontinjensi pada prinsipnya sudah dievaluasi pada bulan Desember tahun 2024 lalu dan sudah siap digunakan. Dokumen tersebut nantinya sebagai guidance (pegangan) ketika terjadi bencana termasuk pola penanganan yang dilakukan.
“Ini tidak serta merta misalnya dalam beberapa hari dan bulan bisa tuntas tetapi hal tersebut merupakan upaya dan kesadaran semua pihak untuk menjaga lingkungan, ” ucapnya.
Melihat fenomena banjir yang kerap terjadi, pemerintah berharap kepada semua pihak untuk bisa menjaga hutan sebagai daerah resapan air. Selain itu, kondisi infrastruktur salah satu melakukan evaluasi terhadap kondisi drainase dan aliran air yang ada terutama sedimentasi.
“Dinas PUPR sudah melakukan evaluasi terkait kondisi tersebut termasuk berkoordinasi dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) agar tetap mentaati dokumen rencana kontinjensi yang sudah tersusun, ” ujarnya.
Pemerintah pun memastikan saat ini tengah mencari solusi agar petani tidak terlalu bergantung dengan hasil dari tanaman jagung salah satunya dengan tanaman jenis buah-buahan. Upaya reboisasi beberapa hutan yang gundul juga terus dilakukan oleh pemerintah.
“Saat ini kita lagi mengembangkan untuk tanaman-tanaman buah di daerah yang menjadi penyangga sumber air dan ikhtiar itu sudah kita lakukan dan terus berproses, ” ucapnya. “Kalau untuk tanaman mangrove sudah kita lakukan di beberapa lokasi dan kami juga terus berikhtiar untuk melakukan penanaman pohon keras. Kami juga sudah mengatur jadwal penanaman dan untuk kesiapan bibit sudah tersedia, ” ujarnya.
Tidak Gegabah Ganti Komoditas Jagung
Pada bagian lain, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sumbawa, Nanang Nasiruddin meminta kepada pemerintah untuk tidak gegabah ketika akan menggantikan tanamam jagung dengan tanaman jenis lainnya karena akan menimbulkan persoalan di kemudian hari.
“Saat ini jagung merupakan komoditas unggulan dari Sumbawa dan menjadi tumpuan ekonomi bagi sebagian besar masyarakat maka perlu dikaji secara komprehensif ketika tanaman tersebut diganti agar tidak menjadi masalah nantinya, ” katanya kepada Suara NTB.
Berdasarkan data masyarakat yang berprofesi sebagai petani lebih dari setengah penduduk Sumbawa dan hal tersebut harus tetap didukung. Ketika tanamam tersebut diganti maka pemerintah daerah harus melakukan supervisi terlebih dahulu kepada para petani.
“Jadi, pada prinsipnya tanaman pengganti tersebut harus tetap memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat salah satu yang paling potensial adalah kemiri. Selain menjadi penyangga hutan juga bisa meningkatkan ekonomi masyarakat, ” ucapnya.
Pemerintah juga didorong untuk bisa memanfaatkan teknologi dan sumber air demi keberlanjutan produksi pertanian. Baik itu untuk produktivitas lahan maupun produktivitas secara ekonomi dan kualitas hidup para petani.
“Apa yang menjadi kebutuhan petani harus menjadi perhatian pemerintah untuk dilengkapi, sehingga produksi pertanian bisa meningkat dalam meningkatkan kesejahteraan bagi petani, ” ujarnya.
DPRD juga mendorong agar pemerintah bisa menyiapkan komoditas lain yang bisa memberikan kesejahteraan bagi masyarakat. Tentu yang perlu diperhatikan ketika akan mengganti komoditas tersebut maka sarana penunjang dan kebutuhan petani harus disiapkan. “Sah-sah saja menghadirkan komoditas lain selain jagung, tetapi pemerintah harus memastikan ketersediaan bibit, pupuk dan hal yang menunjang produktivitas tanaman pengganti yang akan ditanam nantinya, ” tukasnya. (ils)