Selong (Suara NTB) – Petani yang menanam hortikultura setiap musim hujan selalu dihantui bayang-bayang kerusakan. Meski begitu, banyak petani mencoba berspekulasi. Akibatnya, tanaman hortikultura, khusunya tomat jarang yang yang bisa selamat.
Amaq Andiansyah, salah satu petani di Desa Tirtanadi menjawab Suara NTB mengatakan menanam tanaman tomat musim hujan memang cukup berat. Akan tetapi, di balik guyuran hujan biasanya dibarengi dengan harga yang cukup bagus. “Itulah yang coba kita incar, harga yang bagus,” ungkapnya.
Hal senada disampaikan Amaq Salma. Petani di Subag Lendang Mudung Pringgabaya Kabupaten Lotim ini mengatakan, musim hujan ini ia harus bersusah payah menjaga tanaman tomatnya. Berbagai jenis obat pelindung coba disemprot agar bunga sebagai cikal bakal buah tidak rontok akibat guyuran hujan.
Menurutnya, soal harga tomat bagi petani tidak perlu sampai Rp 10 ribu per kilogram. Cukup dengan harga Rp 5 ribu saja sudah bisa memberikan keuntungan bagi petani.
Kondisi tanaman yang mudah rusak ini juga dialami petani di Pringgasela. Mariani, salah satu petani menuturkan sudah banyak tanaman tomatnya mati sebelum waktunya. Buahnya juga cepat sekali membusuk sebelum panen tiba.
Tidak sedikit petani tanaman tomat ini merugi karena gagal panen. Tomat katanya memang tidak bisa bertahan lama kalau terguyur air hujan terus menerus.
Mariani menuturkan ia menanam tomat di atas lahan seluas 14 are. Produktivitas lahan masih cukup bagus. Dari seluruh areal tanamnya, ia biasa sekali panen 8 kwintal tomat. Namun, saat ini maksimal ia bisa diperoleh hanya 10 kg. Maksimal bisa 30 kg setiap panen selang sehari.
Soal harga, di pasar saat ini sudah tembus Rp 10-11 ribu per kg. Meski harga mahal, petani ini mengaku tidak serta merta meraup keuntungan. Sebaliknya, Mariani mengaku masih merugi karena modal belum bisa kembali. Diyakini, ketika produksi bagus disambut harga yang bagus pula maka baru bisa untung besar.
Selanjutnya, usia panen saat ini juga lebih cepat. Normalnya, panen tomat ini bisa dilakukan 9 kali dalam satu musim tanam. Sementara saat musim hujan, 4-5 kali panen saja tanaman tomat sudah mati.
Dalam sekali musim ia bisa panen 8-9 kali dalam. Namun saat ini dirinya baru panen dua kali, namun tanaman tomat sudah banyak yang mati dan buah tomat banyak yang berguguran.
Menurut Mariani, melihat perkembangan tanaman tomatnya saat ini bisa menjual sampai Rp 10 juta sudah dirasa sangat membahagiakan. Sedangkan untuk meraup keuntungan diakui agak susah karena modal saja lebih dari Rp 15 juta setiap mengawali musim tanam.
Plt Kepala Dinas Pertanian Lotim, Lalu Fathul Kasturi tidak menampik kondisi petani hortikultura setiap memasuki musim hujan. Karenanya, sudah lama diimbau kepada petani agar menjaga drainase dan tempat media tanam tanaman hortikultura.
Jenis tanaman hortikultura tidak bisa terlalu banyak air. Tidak saja tomat, termasuk cabai dan jenis hortikultura lainnya juga merupakan jenis tanaman yang cepat rusak ketika tempat tanamnya terlalu banyak air. (rus)