Mataram (Suara NTB) – Cuaca buruk yang berlangsung selama beberapa hari terakhir memberi dampak bagi pariwisata di Lombok. Misalnya di destinasi wisata Tiga Gili (Trawangan, Meno dan Air) Kabupaten Lombok Utara, ada seribuan tamu dari Bali batal datang ke Gili karena ditutupnya penyeberangan Bali – Lombok untuk kapal cepat.
Ketua Gili Hotel Association (GHA) Lalu Kusnawan, penyeberangan Bali menuju wilayah Tiga Gili tutup sejak hari Minggu, 9 Februari 2025 karena gelombang tinggi. Di bulan Februari ini, rata-rata wisatawan yang menyeberang dari Bali ke tiga Gili antara 500 – 1.000 orang per hari, sehingga diperkirakan lebih dari 1.000 tamu batal berlibur ke Gili selama cuaca buruk.
Menurut Kusnawan, tidak semua wisatawan batal datang ke Gili, karena cuaca ekstrem ini. Sebab banyak di antara mereka memilih untuk menunda perjalanan wisata ke sini atau melakukan penjadwalan ulang.
“Sudah dua hari tutup. Besar ombaknya. Saya hari Sabtu sore ke Gili, berubah total ombak. Hari minggu kemarin kita kena banjir rob. Itu memang setiap tahun kita kena. Akibatnya sebagian tamu ada yang delay, ada yang cancel, ada juga yang re-schedule. Dia mundur sambil menunggu membaiknya cuaca” kata Kusnawan kepada Suara NTB, Senin, 10 Februari 2025.
Menurutnya, cuaca buruk memiliki siklus tahunan. BMKG juga sudah memiliki data prakiraan cuaca yang selalu diperbaharui setiap saat. Sehingga cuaca buruk ini seharusnya bisa diantisipasi dengan membuat kebijakan untuk tetap mempertahankan kualitas pelayanan wisatawan.
Misalnya kebijakan kontigensi untuk menjamin kenyamanan transportasi untuk wisatawan. Pada saat keluar dari Gili, pemerintah bisa melakukan mobilisasi tamu dari wilayah Gili ke Pelabuhan Bangsal dengan menggunakan slow boat. Kemudian dari Bangsal disiapkan bus menuju Lembar atau Bandara Lombok.
“Kemudian fasilitas yang disediakan berupa shuttle yang betul-betul proper,” katanya.
Untuk diketahui, BMKG Stasiun Klimatologi NTB menyatakan, berdasarkan monitoring, analisis, dan prediksi curah hujan dasarian, terdapat indikasi curah hujan tinggi dengan level waspada, level siaga bahkan level awas di sejumlah daerah di NTB. Untuk curah hujan tinggi level waspada hampir merata di seluruh wilayah di NTB. Sementara untuk ketinggian gelombang di perairan NTB bervariasi. Potensi gelombang paling tinggi mencapai 4 meter di Selat Lombok bagian selatan.(ris)