spot_img
Kamis, Februari 13, 2025
spot_img
BerandaHEADLINE256 Hektar Lahan Pertanian Rusak, Banjir Bima Sebabkan Kerugian hingga Rp1,25 Miliar

256 Hektar Lahan Pertanian Rusak, Banjir Bima Sebabkan Kerugian hingga Rp1,25 Miliar

Mataram (Suara NTB) – Banjir yang menerjang Kecamatan Wera, Kabupaten Bima 2 Februari 2025 lalu merusak lahan pertanian seluas 256 hektar milik warga. Rusaknya lahan pertanian ini menyebabkan kerugian mencapai Rp1,25 miliar.

Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Provinsi NTB, Muhammad Taufieq Hidayat mengatakan pihaknya sudah menyalurkan bantuan untuk menutup kerugian warga, yakni berupa bantuan benih padi dan benih jagung. Khusus untuk bantuan jagung masih dalam proses pendataan.

“Kalau kerugian misal 256 dikali biaya produksi sekitar Rp6-7 juta sekitar Rp1,25 miliar. Kemarin Pemprov NTB sudah memberikan bantuan berupa bibit benih padi dan bukan benih padi saja yang terdampak, ternyata ada jagung juga,” ujarnya, Rabu, 12 Februari 2025.

Selain memberikan bantuan benih, pemerintah juga membantu melakukan penanaman ulang untuk memulihkan lahan pertanian pasca banjir di Kabupaten Bima.

“Upaya yang dilakukan masyarakat akan didampingi Pemprov NTB terkait dengan kebutuhan masyarakat untuk memulihkan kembali, menanam kembali yang terdampak dari banjir,” sambungnya.

Sementara, terkait dengan lahan yang terendam banjir di wilayah Lombok Barat dan Kota Mataram, Taufieq mengatakan tidak menyebabkan kerusakan karena sudah masuk musim panen. Hanya saja, padi banyak yang roboh akibat angin kencang.

Dikatakan, meski terendam banjir dan roboh, petani tetap bisa memanen hasil taninya. Namun, kualitas padi yang dihasilkan berbeda dari hasil panen normal dan kualitas gabah yang dihasilkan berkurang hingga 10 persen.

“Di Mataram dan Lobar kan terendam tapi belum terlalu terdampak sekarang kena angin puting beliung yang pada roboh. Tapi kan bukan gagal panen itu tapi dia akan mengurangi kualitas terhadap hasil produksi kita,” katanya.

Robohnya padi petani akibat angin kencang, kata Taufieq hanya akan menambah biaya operasional saja. Artinya, kondisi cuaca ekstrem seperti yang terjadi saat ini tidak begitu berpengaruh terhadap produksi padi petani.

“Akan menambah biaya operasional, panen dalam kondisi itu akan nambah biaya panen, tidak sampai merusak secara signifikan,” ucapnya.

Kendati NTB sedang dilanda cuaca ekstrem dan banjir bandang, Taufieq memastikan kondisi tersebut tidak sampai mempengaruhi produksi Gabah Kering Giling (GBK). Dipastikan, target 1,4 juta ton GBK juga akan terpenuhi bahkan terlampaui.  “Jadi memang cuaca ekstrem kita tidak bisa produksi tapi produksi kita yakin akan tetap terpenuhi 1,4 juta itu GBK,” imbuhnya.

Apalagi, cuaca ekstrem diprediksi akan berhenti pada bulan Maret mendatang, sehingga kegiatan bertani warga tidak akan terhambat walaupun memasuki musim kering. Pasalnya, bantuan pompanisasi, irigasi perpompaan sudah didistribusikan, dan akan kembali didistribusikan di tahun ini.

“Ada optimalisasi lahan kita sudah masuk sekitar 15 ribu hektar, sudah kita usulkan dan kemarin saya dapat info akan disetujui dengan paket lengkap, ada irigasinya, baik irigasi pompa maupun irigasi jaringan,” pungkasnya. (era)

RELATED ARTICLES
- Advertisment -


VIDEO