Mataram (Suara NTB) – Terumbu karang di Kawasan Gili Matra (Trawangan, Meno dan Air) di Kabupaten Lombok Utara (KLU) menjadi aset yang sangat berharga bagi dunia pariwisata. Kekayaan bahari tersebut menjadi magnet wisatawan yang datang menikmati Kawasan ini. Karena itulah UNDP bersama dengan Kementerian Perikanan dan Kelautan melalui Fasilitas Asuransi dan Pembiayaan Risiko (IRFF) membidik kawasan Gili Matra sebagai lokasi proyek percontohan asuransi terumbu karang.
Koordinator, Risk Finance UNDP Ahmad Fandi Nasution mengatakan, kerja sama ini bertujuan untuk menciptakan solusi manajemen risiko yang berkelanjutan. Asuransi aset alam memberikan perlindungan terhadap aset pesisir dan mendukung penghidupan dengan memberikan perlindungan terhadap tujuan perlindungan dan konservasi karang.
Untuk mendukung target upaya restorasi menuju tujuan 30 persen kawasan konservasi laut pada tahun 2045, UNDP akan memulai pengembangan solusi transfer risiko dengan merancang dan melaksanakan program asuransi karang di kawasan Gili Matra.
“Solusi transfer risiko ini dipandang sebagai instrumen untuk mengurangi kerentanan terumbu karang terhadap berbagai risiko dan kerentanan,” kata Ahmad Fandi Nasution dalam workshop terkait dengan upaya meningkatkan ketahanan terumbu karang di Gili Matra yang berlangsung di Mataram, Kamis, 20 Februari 2025.
Dalam ekosistem KLawasan Konservasi Laut (KKL) yang ditargetkan di Tiga Gili, UNDP akan bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia. Kehadiran Permen KP No. 27 2024 yang baru juga akan mendukung mekanisme potensial dalam menyederhanakan investasi untuk dukungan perlindungan dan pembiayaan lebih lanjut melalui dana perwalian keanekaragaman hayati laut yang dioperasikan di bawah Indonesia Environment Fund (IEF).
Keputusan mengenai cakupan yang dipilih pada desain asuransi ini akan disesuaikan dengan tingkat risiko dan sumber daya yang harus diperbaiki, serta pemulihan eksternalitas ekosistem (sosial dan ekonomi) yang berharga dalam masyarakat pesisir yang terkena dampak.
“Nanti pihak Swiss Re akan menyiapkan standar polis, sehingga dalam polis asuransi nanti daerah mana yang bisa menjadi pilot project. Dan apa saja yang akan dicover oleh produk asuransi tersebut,” ujar Fandi.
Ia mengatakan, yang menjadi PR dalam program ini adalah bagaimana premi asuransi ini dibayarkan. Namun UNDP akan mengupayakan dana hibah untuk premi asuransi terumbu karang di masa proyek percontohan ini. Akan tetapi untuk keberlanjutan atau jangka panjang dari program ini menjadi hal yang harus perlu didalami dan dicarikan solusi bersama.
Cherie Gray dari Swiss Re memberikan pemaparan terkait dengan pentingnya asuransi terumbu karang sebagai Solusi pembiayaan terhadap risiko kerusakan yang diakibatkan oleh banyak faktor. Swiss Re sendiri adalah perusahaan reasuransi internasional yang juga menyediakan asuransi dan transfer risiko berbasis asuransi. Menurutnya, ada banyak negara di dunia yang mengasuransikan sumberdaya alam yang dimilikinya. Misalnya Meksiko yang mengasuransikan kawasan pesisir dari bencana alam seperti badai yang berpotensi merusak terumbu karang dan biota.
Menurutnya, program manajemen risiko yang holistik dan bertahap sangat direkomendasikan untuk meminimalkan kerugian finansial yang disebabkan oleh peristiwa bencana di kawasan Gili Matra. Kemampuan mitigasi risiko, perlindungan dan pemulihan yang baik harus ada sebelum menerapkan asuransi.(ris)