Mataram (Suara NTB) – Puasa Syawal merupakan ibadah sunnah yang sangat dianjurkan bagi umat Muslim setelah bulan Ramadan berakhir. Keistimewaan dari puasa ini sangat luar biasa, disebut memiliki pahala yang setara dengan berpuasa selama setahun penuh.
Hal ini disampaikan oleh Ustaz Adi Hidayat, Lc., M.A., melalui video yang diunggah di saluran Youtube resminya, 24 April 2023 lalu.
“Kita memasuki bulan baru, di tanggal yang baru, dan tentunya dengan rangkaian-rangkaian ibadah sunah khusus, yang menyertai dan tidak ditemukan di waktu-waktu yang lain. Syawal adalah bulan spesial, saat hari pertamanya, selain melepaskan kita dengan rangkaian ibadah Ramadan, juga menghadirkan rangkaian ibadah sunah-sunah yang hanya ditunaikan di waktu itu saja,” ucapnya.
Ia menyebutkan bahwa Syawal adalah bulan yang istimewa. Setelah sebulan penuh beribadah di Ramadan, umat Islam diajak untuk tetap menjaga semangat ibadah melalui berbagai amalan sunah, seperti puasa enam hari di bulan Syawal yang memiliki keutamaan luar biasa, yaitu pahalanya seperti berpuasa setahun penuh.
Selain itu, Syawal juga menjadi momen penyempurnaan spiritual, dimana umat Islam memperbanyak silaturahmi, saling memaafkan, serta melanjutkan kebiasaan baik yang sudah mereka bangun di Ramadan.
Keutamaan puasa enam hari di bulan Syawal, dijelaskan dalam Hadis yang diriwayatkan oleh Abu Ayyub Al-Ansari r.a., dalam Sahih Muslim (No. 1164) menyebutkan, Rasulullah S.A.W. bersabda:
“Barang siapa yang berpuasa Ramadan kemudian mengikutinya dengan enam hari di bulan Syawal, maka ia seperti berpuasa sepanjang tahun.” (HR. Muslim, No. 1164)
“Hadis ini menunjukkan bahwa Syawal bukan sekadar bulan perayaan setelah Ramadan, tetapi juga bulan untuk melanjutkan ibadah. Puasa enam hari di bulan Syawal menjadi salah satu amalan sunah yang sangat dianjurkan, karena pahalanya sebanding dengan puasa setahun penuh,” tuturnya.
Ia juga menjelaskan bahwa puasa enam hari di bulan Syawal, bisa dilakukan berurutan atau terpisah.
“Tidak ada kewajiban untuk berpuasa enam hari secara berturut-turut. Boleh dilakukan kapan saja dalam bulan Syawal, asalkan sebelum bulan ini berakhir. Dan Jika ada keperluan penting seperti silaturahmi atau acara sosial, boleh menunda dan melanjutkan di hari lain,” jelasnya
Terakhir Ia menyampaikan, bahwa Puasa Syawal bukan hanya soal mendapatkan pahala seperti berpuasa setahun penuh secara tekstual, tetapi juga memiliki makna kontekstual yang lebih dalam, yaitu menjaga semangat ibadah dan ketakwaan sepanjang tahun hingga bertemu Ramadan berikutnya.
Jika seseorang benar-benar menghayati makna puasa, bukan hanya menahan lapar dan dahaga, tetapi juga menjaga lisan, hati, dan perbuatan dari dosa, maka efeknya akan terasa dalam sebelas bulan setelah Ramadan. Ia akan lebih mudah menjaga diri dari maksiat, lebih rajin beribadah, dan semakin dekat dengan Allah.
“Semoga kita semua diberikan taufik dan keistikamahan dalam ibadah, sehingga tidak hanya meraih pahala, tetapi juga keberkahan dalam kehidupan. Aamiin,” pungkasnya. (hir)