spot_img
Rabu, April 16, 2025
spot_img
BerandaHEADLINEPanen Raya Padi Serentak, NTB Surplus 290 Ribu Ton di Musim Tanam...

Panen Raya Padi Serentak, NTB Surplus 290 Ribu Ton di Musim Tanam Pertama

Mataram (Suara NTB) – Provinsi NTB menjadi salah satu daerah di Indonesia yang menjadi lokasi pelaksanaan panen raya padi serentak 14 provinsi di Indonesia pada Senin, 7 April 2025. Gubernur NTB Dr. H.Lalu Muhamad Iqbal hadir di kegiatan panen raya yang berlangsung di Desa Teruwai, Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah. Kegiatan panen tersebut dihadiri oleh Presiden Prabowo Subianto secara virtual.

Selain di Desa Teruwai, kegiatan panen padi serentak juga berlangsung di sembilan kabupaten/kota lainnya di NTB di lokasi-lokasi yang sudah ditentukan. Sesuai rencana panen raya setempat, Bulog akan melakukan transaksi dengan 18 Poktan dengan estimasi serapan seluruhnya sekitar 112 ton GKP. Jumlah tersebut lebih kurang senilai dengan harga gabah di tingkat petani di tepi sawah sebesar Rp728 juta.

Gubernur Iqbal mengatakan, di tahun 2024 kemarin, Provinsi NTB berhasil surplus padi hampir 155 ribu ton. Di tahun 2025 ini diharapkan hasil panen juga bisa tetap surplus. Di mana sampai musim tanam pertama (MT 1) dari Januari – April 2025, potensi surplus panen sekitar 290 ribu ton. Belum termasuk jumlah panen di musim tanam kedua dan ketiga.

“Artinya bahwa produktivitas kita meningkat, baik karena ekstensifikasi perluasan lahan maupun karena intensifikasi. Lahan yang tadinya hanya menghasilkan 6 – 7 ton, sekarang dengan treatment khusus, dengan gamagora dan penggunaan pupuk organik bisa menghasilkan 11-12 ton per hektare,” kata Gubernur saat panen padi di Desa Teruwai, Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah.

Gubernur mengatakan, sangat penting untuk mendengar semua keluhan dan masukan dari petani terkait dengan pertanian, misalnya yang berkaitan dengan masalah pengairan, bibit, pupuk, pasca panen dan lain sebagainya. Untuk pupuk, diakui Gubernur, penyaluran pupuk ke petani masih jauh dari rata-rata kebutuhan.

“Baik urea, NPK, maupun NPK formula khusus masih di bawah 10 persen penyalurannya. Sehingga kami ingin mendengar apa masalah yang paling berat dihadapi,” katanya.

Direktur Aneka Kacang dan Umbi (AKABI) Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Dr. Dyah Susilokarti mengatakan, kegiatan ini akan mendukung salah satu program strategis nasional yaitu swasembada pangan nasional. Presiden Prabowo telah menginstruksikan kepada Menteri Pertanian untuk mewujudkan swasembada pangan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya melalui peningkatan produksi pangan.

Menurutnya, sektor pertanian memiliki peran yang sangat strategis dalam mendukung pembangunan nasional menuju Indonesia Emas 2045. Selain sebagai penyerap tenaga kerja terbesar yaitu 28-30 persen, sektor pertanian juga menghasilkan devisa negara yang jumbo yaitu lebih dari Rp500 triliun.

“Selain itu, sektor pertanian juga menjadi sumber pertumbuhan ekonomi nasional, sumber pedapatan utama rumah tangga petani di pedesaan serta yang lebih penting lagi yaitu mampu menyediakan pangan secara baik bagi penduduk Indonesia,’’ ujarnya.

Menurutnya, tantangan yang dihadapi oleh pertanian semakin kompleks. Salah satunya perubahan iklim ekstrem dan tekanan geopolitik yang semakin dinamis. Kondisi ini akan berdampak terhadap penurunan produksi dan terganggunya distribusi pangan.

“Hal ini berdampak juga terhadap melambungnya harga komoditas pangan yang mengakibatkan tingginya inflasi serta memicu krisis pangan dunia,” katanya.

Karena itulah Kementerian Pertanian dengan menggandeng stakeholder sedang berupaya melakukan sejumlah langkah stategis guna mencapai swasemda pangan, energi dan air, menjamin ketersediaan benih, pupuk dan pestisida, serta melanjutkan hilirisasi berbasis sumber daya alam.

Sementara itu Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) Perum Bulog NTB, Sri Muniati mengatakan, guna menunjang kelancaran serapan di 10 kabupaten/kota di NTB ini, pihaknya telah menurunkan Tim Jemput Gabah sebanyak 33 orang serta menggandeng mitra maklon sebanyak 14 mitra.

Sejalan dengan semangat mekanisasi pertanian dan percepatan produksi kembali yang digaungkan Kementan RI dalam kegiatan Panen Raya ini, maka Bulog juga mendorong kelompok tani secara persuasif untuk bisa semakin maju dan terbuka dengan perkembangan zaman melalui akselerasi pembayaran gabah non tunai (bankable) melalui transfer ke rekening Kelompok Tani.

Meski demikian Bulog tidak bisa memaksakan apabila kelompok tani belum siap dengan pola cashless dan menghendaki pembayaran tetap tunai, Tim Jemput Gabah telah menyiapkan anggaran cukup untuk melayani pembayaran gabah di tempat/lokasi panen.(ris)

RELATED ARTICLES
- Advertisment -


VIDEO