spot_img
Senin, April 28, 2025
spot_img
BerandaNTBKOTA BIMARSUD Kota Bima Krisis Dokter Kandungan, Janin Warga Tak Tertolong

RSUD Kota Bima Krisis Dokter Kandungan, Janin Warga Tak Tertolong

Kota Bima (Suara NTB) – Tragedi Keguguran salah satu pasien di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bima, terjadi akibat kurangnya dokter spesialis kandungan. Menambah daftar panjang persoalan pelayanan kesehatan.

Jumat 4 April 2025 lalu, A (40) yang merupakan pasien ibu hamil asal Kelurahan Tanjung, dinyatakan harus kehilangan janinnya yang berusia dua bulan. “Istri saya dinyatakan keguguran,” tutur suami A, Haris Mahtul, saat dihubungi Suara NTB, Senin, 7 April 2025.

Selaku suami A, Haris menjelaskan kronologi tragedi tersebut. Awalnya pada Rabu, 2 April 2025 tepatnya pukul 23.00 Wita, istrinya A dilarikan ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) Puskesmas Paruga, Kelurahan Dara, Kota Bima. Di sana A di tangani oleh dua petugas jaga dan didiagnosis hanya mengalami pendarahan ringan. “Dokter umum hanya melakukan pemeriksaan luar, tanpa berani memberikan tindakan,” ungkapnya

Haris membeberkan bahwa, berdasarkan keterangan petugas jaga, untuk bisa mendapat tindakan, A harus melakukan Ultrasonografi (USG). Tetapi tidak bisa, karena petugas masih libur. Dan diminta datang kembali pada Selasa, 8 April. Akhirnya Puskesmas pun tidak berani merekomendasikan obat, karena resep obat harus keluar dari dokter kandungan.

Dikatakan bahwa petugas sudah menginformasikan sejak awal, bahwa dokter kandungan sedang tidak bertugas, karena ada yang sedang cuti dan sebagian izin. Sehingga tidak ada keputusan rujukan. A hanya diminta istirahat total. “Istri diminta istirahat total. Kalau pendarahan lagi, diminta kembali ke Puskesmas,” katanya.

Namun, hingga Kamis 3 April 2025, ternyata A masih mengalami pendarahan, disertai sakit di bagian perut dan pinggang yang semakin menjadi.

Sudah ada upaya menghubungi petugas medis di RSUD Kota Bima, untuk menanyakan adanya dokter kandungan yang bertugas.

“Setidaknya kami bisa mendapat kepastian kalau dilarikan ke RSUD Kota, ada dokter kandungan. Tetapi kabar yang didapatkan, dokter kandungan sedang cuti. Dikabarkan ada empat dokter kandungan yang bertugas di Kota Bima. Namun semuanya izin. Mulai dari izin cuti, izin sakit, hingga izin ibadah keagamaan,” jelasnya.

Hingga puncaknya pada Jumat, 4 April 2025 sekitar Pukul 01.10 Wita. A Kembali mengalami pendarahan, kali ini lebih banyak dari sebelumnya. A Akhirnya dilarikan ke RSUD Kota Bima, dengan harapan mendapat penanganan lebih baik. Namun Sesuai perkiraan sebelumnya, petugas jaga mengatakan bahwa sedang tidak ada dokter kandungan. Dan akhirnya ditangani petugas medis yang siaga.

Begitu mendapat penanganan medis, didapati gumpalan daging keluar bersamaan dengan pendarahan A, Menurut petugas medis, gumpalan daging berair tersebut adalah janin yang sel-selnya tidak aktif lagi. Lalu A dinyatakan mengalami keguguran.

Kemudian, Petugas medis RSUD Kota Bima menyarankan untuk USG ke dokter kandungan yang diperkirakan akan masuk Jumat sore. Tujuannya untuk memastikan tindakan lanjutan untuk mencegah terjadi pendarahan lanjutan.

“USG kami lakukan di Dokter Sulaiman, dokter kandungan yang sudah mulai buka praktik pada tanggal 5 April, kemudian mendapat tindakan kuret pada tanggal 6 April di RSUD Kota Bima oleh dokter yang sama,” ujarnya.

Namun, atas kejadian ini, Haris mengaku tidak menyalahkan siapa pun dan pihak mana pun. “Karena memang pada tanggal 4 April tersebut saat kami ke RSUD Kota Bima, sebenarnya secara prosedural sudah mendapat tindakan. Karena janin sudah keguguran. Tapi yang cukup miris, sejak kami ke Puskesmas tanggal 2 April, karena istri pendarahan, gak ada dokter kandungan, sehingga Puskesmas tidak rujuk ke RSUD, maupun tindakan berupa pemberian obat-obatan,” jelasnya.

Haris mendapat informasi bahwa saat ini Kota Bima hanya memiliki satu dokter spesialis kandungan. Adapun tiga dokter lainnya diperbantukan dari Kabupaten Bima. Sehingga dengan dokter spesialis kandungan yang terbatas, diharapkan ada solusi dari pihak Rumah Sakit maupun Pemerintah Kota (Pemkot) Bima. “Kejadian ini jangan sampai terulang. Jangan ada lagi ibu hamil lainnya yang jadi korban karena dokter libur, sakit dan cuti. Pelayanan medis yang maksimal adalah hak dasar,” pungkasnya.

Sedangkan, Kepala Dinas Kesehatan Kota Bima, Ahmad, mengakui bahwa memang keterbatasan jumlah dokter spesialis kandungan di Kota Bima masih menjadi kendala.

“Sebenarnya untuk Dokter spesialis obstetri dan ginekolog (DSOG) dua orang sudah cukup untuk Rumah Sakit kelas D. Kemarin itu dokter yang satu cuti dan yang satu lagi ada keluarganya yang sakit, sehingga pada saat kejadian keguguran pasien tidak ada dokter spesialis kandungan,” jelasnya saat dihubungi Suara NTB, Senin, 7 April 2025.

Ia juga menuturkan, bahwa kedepannya pihak manajemen RSUD Kota Bima akan mengatur dengan baik terkait dengan sistem jaga para tenaga medis, untuk mengantisipasi tidak muncul lagi masalah seperti ini. (hir)

RELATED ARTICLES
- Advertisment -






VIDEO