spot_img
Minggu, Juni 22, 2025
spot_img
BerandaHEADLINEMataram Belum Tergoda Kirim Anak Nakal ke Barak Militer

Mataram Belum Tergoda Kirim Anak Nakal ke Barak Militer

Mataram (Suara NTB) – Maraknya kenakalan remaja di Kota Mataram menjadi sorotan serius di tengah perdebatan nasional terkait program pendidikan karakter Pancawaluya yang diinisiasi Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi. Meski menuai pro dan kontra, program ini mulai dilirik sejumlah daerah. Namun, di Mataram, pendekatan spiritual dan peran keluarga justru dianggap lebih relevan dalam membina karakter anak.

Program pendidikan karakter Pancawaluya yang digagas oleh Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, dimana anak nakal akan dikirim ke barak militer, menuai pro dan kontra di kalangan para ahli dan masyarakat. Sebagian mendukung program tersebut, namun tak sedikit pula yang menyatakan ketidaksetujuan.

Meski menuai perdebatan, program ini menarik perhatian sejumlah kepala daerah. Beberapa kepala daerah bahkan menyatakan keinginan untuk menirunya, seperti Gubernur Bengkulu. Namun, ada juga yang memilih untuk tidak mengikuti, seperti Gubernur DKI Jakarta.

Di Nusa Tenggara Barat (NTB), khususnya Kota Mataram, program semacam ini belum menjadi prioritas dalam penanganan kenakalan anak dan remaja. Padahal Kasus-kasus kenakalan remaja belakangan ini kian mengkhawatirkan.

Wakil Wali Kota Mataram, TGH. Mujiburrahman, lebih menyarankan agar pembinaan anak yang nakal atau bermasalah lebih diarahkan melalui pendekatan spiritual keagamaan. Ia menilai pondok pesantren (Ponpes) masih menjadi lembaga yang efektif untuk membentuk akhlak dan kedisiplinan para siswa.

“Saya lebih ke sana dengan sentuhan-sentuhan spiritual. Menyentuh hatinya dan batinnya untuk membentuk karakter,” ucapnya kepada wartawan beberapa waktu lalu.

Sedangkan, Anggota Komisi IV DPRD Kota Mataram, Nyayu Ernawati, turut menanggapi kemungkinan apakah DPRD Kota Mataram akan mendorong adanya program serupa untuk diterapkan dalam memangani permasalahan kenakalan anak atau remaja di Kota Mataram.

Nyayu menegaskan, bahwa pelaksanaan program seperti ini perlu kajian yang matang. “Program-program seperti itu ya tentu saja bagus, tapi kembali lagi, setiap program itu harus kita pikirkan matang-matang sebelum dijalankan. Harus benar-benar disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi anak-anak kita. Tentu setiap hal ada dampak buruk dan dampak baiknya,” ujarnya saat diwawancarai pada Selasa, 13 Mei 2025.

Ia juga menekankan bahwa pada dasarnya tidak ada anak yang benar-benar nakal. “Anak-anak kita sebenarnya hanya butuh dirangkul, diperhatikan, dan diayomi setiap hari. InsyaAllah, tidak akan ada anak yang nakal. Mereka hanya sedang mencari perhatian, dan karena tidak mendapatkannya, akhirnya melakukan tindakan yang dianggap masyarakat sebagai kenakalan,” tambahnya.

Lebih lanjut, ia menyoroti bahwa pergaulan buruk dan lingkungan yang tidak mendukung menjadi penyebab utama anak-anak terjerumus ke dalam perilaku menyimpang. “Anak-anak yang kekurangan perhatian dan kasih sayang dari keluarga lebih mudah terbawa arus negatif,” katanya.

Karena itu, menurutnya, perhatian dan kasih sayang dari keluarga serta dukungan lingkungan sekitar merupakan kunci utama dalam mencegah anak-anak terlibat dalam masalah sosial.

“Kita semua punya tanggung jawab. Ketika melihat anak-anak bermasalah di sekitar kita, kita harus turun tangan. Jangan diam saja,” tegasnya.

Ia juga menggarisbawahi, selain dari kebijakan pemerintah, juga pentingnya peran kolektif antara keluarga dan masyarakat. “Dengan kasih sayang dari keluarga dan perhatian dari masyarakat, di manapun anak-anak berada, itu yang jadi fondasi utama. Karena sekuat apapun program dibuat, kalau tidak ada kasih sayang di rumah, ya sulit juga. Jadi intinya tetap kembali ke keluarga,” tambahnya.

Namun demikian, ia tetap mendukung apabila suatu saat program semacam Pancawaluya diterapkan di Kota Mataram. “Tapi apapun yang bisa memberikan dampak positif bagi anak-anak kita, tentu kita dukung,” tutupnya. (hir)

RELATED ARTICLES
- Advertisment -










VIDEO