NTB dikenal sebagai salah satu lumbung tembakau nasional. Namun, perubahan iklim global mulai mengancam produksi komoditas ini. Peneliti Ahli Madya Bidang Bisnis dan Manajemen Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Dr. Herie Saksono menjelaskan perubahan cuaca, suhu panas yang menyengat di siang hari, dan kekeringan yang berkepanjangan menyebabkan tanaman tembakau mengalami stres panas, terutama di wilayah pesisir.
Hal ini berdampak langsung terhadap pertumbuhan dan kualitas hasil panen. “Memang ini jadi ancaman sistemik yang sudah saya sampaikan perubahan iklim itu memang dampaknya multi difungsional, terutama pada produksi tembakau. Itu pasti mempengaruhi pertumbuhan,” ujarnya kepada Ekbis NTB, Sabtu, 31 Mei 2025.
Secara bisnis, ia menilai komoditi tembakau menjadi salah satu bisnis yang menjanjikan apabila dikelola dengan benar. Untuk mengembangkan potensi tembakau, perlu adanya inovasi membangun industri rokok guna memastikan NTB tidak hanya sebagai lumbung tembakau nasional. Tetapi sebagai produsen rokok sehingga pengolahan mulai dari hulu ke hilir bisa dilakukan di daerah ini.
‘’Bayangkan kalau kita punya pabrik di Lotim, Loteng yang ada sentra tembakaunya. Di KLU yang ingin punya sentra tembakau juga, di Sumbawa juga. Itu keren. Sebanyak apa penyerapan tenaga kerjanya. Termasuk implikasi ekonomi yang ditimbulkannya,’’ terangnya.
Dalam mengelola hasil tembakau, NTB ujar Heri memiliki tantangan structural. Yaitu kecendrungan melakukan ekspor. Kebiasaan ekspor ini dinilai merugikan petani, apalagi adanya kebijakan peningkatan tarif ekspor oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
“Kelihatannya tidak berdampak, tapi itu berdampak besar terutama teman-teman yang ekspor impor. Jadi perubahan ini sangat kritikal dan fundamental,” katanya.
Untuk mengatasi tantangan struktural pengelolaan tembakau di NTB, Dosen Akuntansi Universitas Al-Azhar ini mengatakan, pemerintah perlu memperhatikan lima segmen. Yaitu, kebijakan, orang-orang pemangku kepentingan, barang yang diproduksi, jasa, dan sistem yang tidak bisa diprediksi, termasuk kondisi iklim.
Apabila lima segmen ini telah terpenuhi, NTB bisa menjadi salah satu daerah penghasil rokok di Indonesia. Apabila ini terealisasi, dampak yang diberikan akan sangat besar, khususnya pada pengurangan pengangguran di daerah.
Adapun untuk memastikan pemangku kepentingan yang termasuk dalam hal ini adalah petani tembakau tidak mengalami kerugian di tengah ancaman anomaly iklim, pemerintah perlu membuat kebijakan seperti pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR).
“Penjaminan kredit untuk para petani yang terdampak perubahan iklim tadi. Misalnya akses kredit darurat kalau terjadi iklim yang berubah drastic itukan harus ada penyelamatnya,” pungkasnya. (era)