spot_img
Sabtu, Desember 21, 2024
spot_img
BerandaNTBHambatan Aksesibilitas Penerbangan

Hambatan Aksesibilitas Penerbangan

PENJABAT (Pj) Gubernur NTB, Drs H.Lalu Gita Ariadi, M.Si kembali berbicara terkait dengan hambatan konektifitas dan aksesibilitas penerbangan menuju wilayah NTB pasca pandemi Covid-19. Pj Gubernur berbicara tentang keterbatasan penerbangan ke daerah ini dalam Seminar Nasional “Transformasi Pembangunan NTB Menyongsong Indonesia Emas 2045” yang berlangsung di Hotel Lombok Raya, Mataram, Selasa 28 mei 2024 kemarin.

Lalu Gita mengatakan, selama pandemi melanda dunia dan Indonesia sejak 2020 lalu, bisnis penerbangan sangat terganggu. Dampaknya bagi Provinsi NTB sebagai daerah wisata sangat terasa. Namun pasca-pandemi pun, recovery bisnis penerbangan berjalan sangat lamban. Salah satu dampaknya yaitu masih tingginya harga tiket penerbangan menuju NTB.

“Kendalanya lagi adalah harga tiket yang mahal. Sebelum Covid-19 terjadi, penerbangan LCC menerapkan harga batas bawah. Kini nampaknya saat recovery nyaris dua tahun terganggu operasionalnya. Maka untuk memulihkan ini, terjadi efisiensi jalur-jalur penerbangan dan kiatnya adalah penjualan tarif batas atas. Sehingga cost untuk konsumen begitu menjadi tinggi,” kata Lalu Gita Ariadi saat menjadi keynote speech di Seminar Nasional tersebut.

Ia mengatakan, pariwisata NTB membutuhkan konektifitas dan aksesibilitas penerbangan yang murah. Sehingga wisatawan dalam negeri memberi pilihan untuk berlibur di Lombok dan Sumbawa. Namun demikian saat ini salah satu hambatan yang sangat dirasakan oleh pelaku usaha di daerah ini yaitu masih tingginya biaya penerbangan.

“Sehingga pariwisata dalam proses perjuangan untuk reborn kembali. Inilah tantangan dari kami di NTB. Inflasi terkadang sangat cepat dipicu oleh distribusi logistik dan lain sebagainya,” katanya.

Provinsi NTB perlu mendapat atensi khusus dari pemerintah, sebab NTB memiliki Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) yang berpotensi mampu mendatangkan wisatawan dalam jumlah yang lebih banyak.
Sebelumnya, Kepala Dinas Perhubungan Provinsi NTB H. Lalu Muhammad Faozal mengatakan, harga tiket penerbangan ini menjadi kebijakan pemerintah pusat dan perusahaan airlines. Sehingga Pemda hanya bisa memberikan dorongan kepada pemerintah dan perusahaan.

Faozal mengatakan, komponen harga tiket penerbangan dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Salah satunya yaitu harga bahan bakar avtur. Harga avtur yang beragam di Indonesia turut mempengaruhi harga tiket, termasuk tujuan Lombok.
“Ini menyebabkan pada rute tertentu bisa jadi lebih mahal. Misalnya lebih murah ke Kuala Lumpur daripada Lombok ke Jakarta, karena memang bisnis harga avtur di Kuala Lumpur lebih murah belinya ketimbang mereka belinya di BIZAM,” katanya.

Faozal menambahkan, persoalan lainnya yang dihadapi yaitu penerbangan ke Lombok belum sebanyak yang sesuai dengan kebutuhan. Sehingga dampaknya yaitu pada harga tiket.

Mantan Kadis Pariwisata NTB ini mengatakan, Pemprov NTB terus mendorong bagaimana destinasi Lombok – Sumbawa menjadi prioritas, sehingga betul-betul menjadi destinasi yang banyak dikunjungi. Salah satunya adalah KEK Mandalika.

Diharapkan dengan adanya ratusan event lokal, nasional dan internasional di Mandalika dan NTB secara umum bisa menggaet lebih banyak wisatawan yang pada akhirnya akan menghidupkan bisnis penerbangan. Dengan cara ini, kemungkinan besar harga tiket pesawat juga akan kompetitif.(ris)

IKLAN

spot_img
RELATED ARTICLES
- Advertisment -





VIDEO