PEMPROV NTB melalui Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) telah melakukan pemetaan daerah – daerah yang bisa didorong untuk tetap melakukan produksi komoditas pertanian pangan untuk menanggulangi dampak kekeringan ekstrem yang masih terjadi saat ini.
Kepala Bidang Pertanian Pangan Distanbun Provinsi NTB, Lalu Mirza Amir Hamzah B., SP,., M.Si., menyebut pemetaan sudah dilakukan sejak tahun 2023, ketika el nino berkepanjangan. Pemetaan dimaksud adalah, daerah-daerah yang ketersediaan airnya mencukupi, didorong terus untuk berproduksi.
“Di mana tempat-tempat yang masih bagus ketersediaan sumber airnya kita push (dorong) terus untuk menanam padi,” katanya.
Selain itu, perawatan jaringan irigasi teknis tetap dilakukan untuk mengoptimalkan distribusi air ke sawah-sawah petani. Lalu Mirza mengatakan, dalam hal ini, Distanbun Provinsi NTB juga bekerjasama dengan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) dan Balai Wilayah Sungai (BWS) Nusa Tenggara I.
“Dan distribusi air juga dilakukan cukup baik oleh BWS selaku pengelola bendungan, untuk mengoptimalkan ketersediaan air di bendungan dapat dimanfaatkan oleh petani ketentuan dari BWS,” tambahnya.
Sehingga, produksi pertanian di Provinsi NTB tetap terjaga dengan baik, bahkan surplus. Disampaikannya, data potensi luas panen dan produksi padi untuk Provinsi NTB dari bulan Januari hingga November 2024 sesuai Kerangka Sampel Area (KSA) Badan Pusat Statistik yaitu, luas panen mencapai l270.464 hektar, produksi mencapai 1.370.523 ton Gabah Kering Giling (GKG) atau setara dengan 780.581 ton beras
Sementara itu, kebutuhan beras penduduk NTB dari Januari hingga November 2024 sekitar 614.856 ton beras. Sehingga dari produksi 780.581 ton dikurangi kebutuhan 614.856, masih surplus 165.725 ton beras. “Alhamdulillah untuk NTB, tidak ada kerawanan pangan. Produksi kita masih tetap terjaga,” demikian Lalu Mirza.(bul)