spot_img
Selasa, Oktober 1, 2024
spot_img
BerandaNTBLOMBOK BARAT4.100 KK di Dua Desa Krisis Air Bersih, 525 Hektar Tak Bisa...

4.100 KK di Dua Desa Krisis Air Bersih, 525 Hektar Tak Bisa Ditanami, Petani Rugi Rp1 Miliar

Giri Menang (Suara NTB) – Akibat kemarau berkepanjangan, belasan desa di Lombok Barat (Lobar) mengalami krisis air. Tak hanya itu, warga sudah mulai merasakan kerugian akibat panen padi yang sudah tak tertolong lagi. Petani diperkirakan merugi hingga ratusan juta akibat tak bisa menanami lahannya pertaniannya yang tandus.

Kepala Desa Giri Sasak, Kecamatan Kuripan Hamdani menjelaskan, luas lahan sawah yang terdampak kekeringan sekitar 225 hektar. Dengan kemungkinan perkiraan hasil panen satu hektar sawah bisa mencapai 5 ton padi dengan harga Gabah Kering Giling (GKG) Rp8 juta per ton. “Sekitar setengah miliar sampai satu miliaran lah kalau dihitung kasar kerugiannya,” terangnya, kemarin.

Pada musim kering, biasanya petani menanam tumbuhan lain pengganti padi, seperti palawija, kacang panjang, kedelai, dan lain-lain. Namun kondisi saat ini, dari 75 persen warga petani yang terdampak sudah tidak memungkinkan lagi untuk melakukan penanaman. “Ini sangat kritis sekali,” sebutnya.

Kondisi ini membuat ketersediaan pangan masyarakat juga berkurang. Pihak desa berupaya melakukan permohonan kepada dinas terkait untuk bantuan tambahan beras dan suplai air. Dirinya berharap kepada pemerintah untuk terus melakukan distribusi bantuan air. Yang setidaknya dilakukan secara bergilir di setiap dusun. “Kalau tidak cepat diatasi ini kasihan masyarakat. Sumur saja sudah tidak ada harapan. Bahkan untuk minum kita beli air galon,” jelasnya.

Selain itu, pihaknya juga membutuhkan bantuan tandon untuk penampungan air. Tandon ini untuk menampung air kebutuhan 7 dusun dengan 1.600 Kepala Keluarga (KK) yang terdampak kekeringan. Apalagi memang desa ini berada pada dataran tinggi pada wilayah tadah hujan, sehingga membutuhkan solusi jangka panjang, yang tidak dilakukan hanya pada musim kemarau saja. Seperti pembuatan sumur bor untuk tiap dusun ini. Dirinya mengaku sudah dijanjikan sumur bor sejak lima tahun lalu.

“Untuk pertanian kita tidak pikirkan itu dulu. Untuk hidup dulu,” tukasnya. Dari wilayah yang terdampak, ada satu dusun yang memiliki sumur bor. Yakni di Dusun Tanah Poteq. Dengan adanya sumur bor tersebut, kebutuhan air warga akan tercukupi.Warga Dusun Tanah Poteq tidak lagi membutuhkan distribusi air.

Ia mengatakan, jika aliran air tetap lancar, kebutuhan air bersih dipastikan akan terpenuhi. Pengeboran itu merupakan bantuan dari  Kementerian Sosial (Kemensos) dan Polda NTB pada 2023 lalu.“Kalau dusun itu, sudah sedikit bisa tertangani airnya,” tambahnya.

Hal serupa yang terjadi di Desa Banyu Urip, Kecamatan Gerung. Kepala Desa Banyu Urip, M Selamat Riadi mengatakan ada 4 dusun dengan 2500 KK yang terdampak desa tersebut. “Setiap hari disuplai air,” kata Riadi.

Kondisi lahan pertanian yang terdampak kekeringan sekitar 300 an hektar lahan sawah yang sudah tidak dapat tertolong. Sehingga ada beberapa yanv mrmilih untuk menanam tumbuhan lain, dan sisanya mangkrak.

“Kita utamakan untuk sehari-hari dulu. Karena pertanian sudah sia sia,” ucapnya.

Ia mengaku, sudah mengusulkan untuk pembuatan sumur bor yang ada di empat dusun terdampak. Usulan dilakukan sejak tahun lalu, bahkan tahun ini akan dilakukan kembali, karena hingga saat ini, belum ada sumur bor di wilayah tersebut. (her)

RELATED ARTICLES
- Advertisment -


VIDEO