ANGGOTA Komisi II DPRD Kota Mataram, H. Munawir, SP., MM., angkat bicara terkait mahalnya harga beras. Menurutnya, Bulog sebagai perpanjangan tangan pemerintah memang telah melaksanakan tugasnya untuk menyerap gabah dari petani.
‘’Memang sepintas dianggap memenuhi itu. Tetapi faktanya, ketika dia itu intervensi terhadap harga beras yang meningkat di tengah-tengah masyarakat, tetapi gudang itu tidak pernah memberikan bukti. Bahwa beras itu terjamin di dalam dan kualitasnya sangat baik ketika didistribusikan kepada masyarakat,’’ terang Munawir kepada Suara NTB di ruang kerjanya, Senin, 7 Oktober 2024.
‘’Jadi antara retorika dan bukti, itu penting sekali,’’ imbuhnya. Ketika Bulog mengatakan kualifikasi gudang mereka sangat baik, kerapkali bertolak belakang dengan kondisi beras yang ke luar dari sana. Tolak ukurnya tentu beras yang beredar di pasaran pada umumnya.
Politisi PPP ini tidak menyangkal, bahwa masa simpan beras memang ada batasnya. Karena beras merupakan kebutuhan pokok, seringkali masyarakat tidak merasakan adanya kenaikan. ‘’Karena memang masyarakat kita tidak pernah berpikir sejauh ini,’’ cetusnya. Oleh karena itu, pemerintahlah yang harus memikirkan masyarakat.
Karena bagaimanapun, kenaikan harga beras ini mau tidak mau akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat. Untuk itu, anggota dewan dari daerah pemilihan Mataram ini mendorong pemerintah untuk menjaga stabilitas harga beras. Sebab, beras merupakan kebutuhan pokok yang tidak bisa ditinggalkan.
Pada bagian lain, pemerintah juga perlu memikirkan kalau misalnya produksi beras melimpah atau surplus. ‘’Kalau seperti ini, apa kira-kira tindakan pemerintah untuk menjaga stabilitas harga,’’ katanya. Munawir menduga, biang kerok kenaikan harga beras adalah ketidakmampunan Bulog menjaga kualitas beras.
‘’Ketika dibutuhkan oleh masyarakat sebagai bentuk intervensi terhadap kenaikan harga, justru kualitas berasnya tidak terjamin,’’ ucapnya. Sehingga mau tidak mau masyarakat terpaksa membeli beras dengan kualitas bagus dengan harga yang juga lebih mahal.
Munawir berharap pemerintah menjalin kerjasama dengan pengusaha dengan tujuan bagaimana menjamin stabilitas harga dan juga kualitas beras. ‘’Ini kita ada ketimpangan. Ketika ada intervensi teknologi, mengolah beras lama menjadi beras baru. Tetapi ketika dimasak dan dirasakan, rasanya beda. Warna beras itu bisa disulap, tetapi rasa tidak bisa dibohongi,’’ pungkasnya. (fit)